Hujung hari minggu yang lepas saya dah niat mau beli ayam di Maiden sebab nak gulaikan soto segera yang saya beli di Kedai Mesra Petronas Bemban. Tapi ntah macam mana tah leka dok dengar DJ Track FM berceloteh, saya terlepas simpang nak masuk Maiden.
Alamak!!!! tak dapatlah makan soto, eh tak pe, kedai runcit kat rumah pun ada jual ayam, tapi kedai runcit taklah semurah Maiden dan rakan2nya, lagi pun saya sebenarnya bukan nak beli ayam sangat pu tapi lebih nak window2 shopping dapat juga releasekan demam stress final exam nih. Eh tak pe terlepas Maiden, depan sikit lagi ada TESCO ya…
Wah macam gitulah perjalan saya tiap-tiap hari, kalau ikut MITC, terlepas Maiden ada Tesco, kalu ikut Sungai Putat pula terlepas Family Store depan lagi depan ada Bintang, ada Cowboy, lepas tu jumpa Tesco juga. Pendek kata, kalu terlepas satu, tak usah nak reverse-reverselah, jalan terus, ada lain lagi pasar raya.
Saya teringat artikel Majalah Al-Islam yang baru saya baca. Pasal kiamat. Salah satu dari tanda kecil kiamat ialah jarak antara pasar dengan satu pasar yang sangat dekat. Dari Maiden ke Tesco, tak sampai 20 minit pun, bergantung pada kemahiran anda memandulah. Average rate saya ialah 60km/jam, kalu tidak tergesa-gesa kejar kuliah pukul 8am, tapi keluar rumah pukul 7.30am.
Memang tanda kiamat kecil sudah banyak, tapi bagai mana respond kita terhadap tanda-tanda ini, itu yang lebih penting. Ada diantara kita berusaha memulihara dunia agar proses ini dapat diperlahankan, ada pula yang menyeru agar kita semua solat malam banyak2 minta tuhan lambatkan kiamat, macam-macamlahkan. Ada pula yang join Al Qaedah nak pergi bunuh Yahudi. Tapi satu Yahudi tak mati, yang mati ialah orang awam, wanita dan kanak-kanak (mengambil konteks kita di Nusantara inilah. Mana ada Yahudi kat sini, bukan) Kita tak bolehlah nak kata mana satu yang terbetul dan terbaik pada pandangan Allah. Nabi pun tak ada cakap apa-apa. Ada nabi sebut Al Qedah, Osama bin Laden, Hitler?
Anologinya kita sendiri, kita akan tua, bila dah tua akan mati. Bagaimana kita mengisi hari-hari tua kita adalah pilihan kita. Ada orang yang mengisikannya dengan bersunyi-sunyian di tempat ibadat, ada orang pula yang memilih untuk dibius dan dipadam garis2 tanda mati itu di bawah pancaran leser atau bilah pisau tajam sang pakar bedah kosmetik.
Pendek kata, mati tetap sampai. Tak payahlah nak minta segera apa yang memang dah pasti, dan kita juga tak payahlah nak minta lambat, atau nak minta tak mati-mati terus, atau hidup dalam penipuan yang kita masih muda lagi, dunia ini tak ada penghujung, tiada penamat. Pesan Saidina Abu Bakar ialah beribadatlah kamu seolah kamu mati esok, berkerjalah kamu seolah kamu hidup 1,000 tahun lagi.
Buat macam biasa aje. kalau kita memang orang biasa. Tapi kalu kita orang luar biasa, (luar biasa maksud, nama Islam tapi tak macam Islam) berbaliklah semula, berperangailah semula macam orang biasa-biasa, ikut contoh nabi dan sahabat-sahabat. Kalau yang masih belajar tu, pergilah belajar betul-betul, kalau yang dah berkerja tu kerja elok-elok. Kalau memang yang dah berperang tu, perang baik-baik. Yang tengah belajar dok berenti blajar nak berperang tu apa ke halnya? Yang, kerja kerani, yang gemuk gedempol nak lari pun tak larat nak pergi join bala tentera Osama Bin Laden itu suicaidal namanya.
Tuesday, September 28, 2010
Saturday, September 25, 2010
Cerita Pasal Bos2 Kite
Semasa saya berkerja dengan big 6, (dulu 6 sekarang 4 selepas dek skandal Enron), we call, even our big boss, (the owner of the firm) by their first name. American culture katanya. Saya baru berumur awal 20’an agak segan-segan juga. Memang masa interview itu interviewer memang dah spot yang saya ini introvert. Dia bimbang nanti saya susah nak menyesuaikan diri dengan persekitaran yang agak terbuka. Dia bimbang nanti saya tak buleh terima too many BS and four latter word that normally will be uttered especially during the peak period. Kata dialah. Memang saya fikir saya tidak akan dapat kerja itu pun, tengok tempat dia yang gah tu, pula tu masa tulis surat minta kerja saya tak pernah terfikir pula yang HRM itu stand for Hanafiah Raslan & Muhammad. Kalu ku tahu memang aku tak gatai antar resume pooong. Kira macam the beast dok sewel pi hantar application masuk pertandingan gadis Melayu, Unduk Ngadau or beauty pageant lah gitu.
Do BS & four latter words offend me? Let not get into it too much, because today I wanna write about something else, about the culture in Andersen and my current work place and also my current study place. Ok lah let us concentrate on my study place first. I am currently studying in the most expensive private university in Malaysia. It is a subsidiary of a GLC in natural monopolistic, (telecommunication) industry. I was told that we cannot talk to our president directly. We have our reps and so on. Absurd? Yup if you are straight from Andersen and jump into Telecom, yeah yeah…you will find it very odd, because you already get used to an environment where even the partner of the firm wants to be your friend.
Off courselah you don’t want to be stuck with them because they are old and they will only talk about work-work-work…I even can’t stand my senior… hallamak apalah this people, all their life work, only eh? They, on the other hand don’t want to be your friend either, because to them you are too lazy, too pampered, too mengada-ngada to be as successful as they are. You want big fat, pay check, but suruh buat kerja lebih sikit dah nak MC, orang suruh cuti belajar biar score gila-gila babi, dapat medal emas, medal silver or bronze, ini langsung satu paper pun ko tak lulus, hai macam manalah nak gantikan tempat mereka satu hari nantikan. Saya pula langsung lagi teruk, nak sign agreement belajar pun tak mau. Langsung tak mau belajar. Saya malu sendiri bila bos besar saya cakap “I think you should given MIT a serious thought”
Itu pasal kita tak akan jadi pangyau… but they are very nice. Kandang-kala, saya selalu rasa malu, Ya Allah kenapalah mereka ini sangat baik dan lembut tutur kata mereka terhadap saya yang miskin, kerdil. Kecil dan lemah ini. When they give you advice, they do sound like your mother and father instead of what you think, or imagine before. Because I always like to watch TV always see rich, snob bos will talk crudely to their worker, therefore heaving bos like them is like in a fairy tale. One of them do sound like your pangyau. You can always make joke and laugh with him. Yup he like to laugh a lot. But off course you don’t want to be stuck with him either because of his drinking habit. Only the Caucasian can stand and will stick around with him, be his regular drinking pangyau.
Now, I’ve been in this super elitis Telecom school for almost 2 years, I’ll be leaving the university soon as I wanna give a cheap government university a try, but I only see the President in the picture. I’ve been in a dean list but, I don’t know if the one who gave me the cert during the ceremony that day was the Dean or only the wakil. I don’t know what my Dean’s looks like. If you asked me now, what is his name, you have to wait for a while as I have to google first. ha ha ha….At least I know my dean is indeed a Man not Woman ok.
Ok, back with our Mr President, where does our Mister President be in this while, I also don’t know. I was only be told by the lecturer, even they can’t see Mr President. She told us she does not have the chance to talk to the President as and when she liked. Only the chosen one can talk to the President.
I think back of my office, yeah our bos don’t see us that often. Our boss will be very busy attending meeting and kursus. Bos in Andersen don’t attend meeting that much. If they do attend meeting as much as PPD bos do, they don’t have the time to review your work, let alone raising a review point when needed or read the painstakingly prepared cover latter and make changes where necessary. I always wonder how bosses in GLC and government agency at “ranting” level reviewing their anak buah’s work.
But off course when I was in Kementerian my bos himself/herself will review the work. We can’t send anything out to our client without heaving them reviewed or approved first by at least an Accountant. Yup, our bos in Kementerian also don’t attend meeting as much as our boss at district level. If they attend meeting pun, if still got time, they will be in the office even an hours or so. Thus no latter, or document get stuck just because no signature.
It is very rare of them to be out of the office for a long period, or period yang bersambung-sambung macam orang perempuan dapat datang bulan berekor-ekor. Kalu panjang pun pasal, cuti bersalin, cuti nikah, cuti raya yang memang semua orang cuti panjang pun, naik pangkat, kena pergi kursus wajib yang memang panjang.
Do BS & four latter words offend me? Let not get into it too much, because today I wanna write about something else, about the culture in Andersen and my current work place and also my current study place. Ok lah let us concentrate on my study place first. I am currently studying in the most expensive private university in Malaysia. It is a subsidiary of a GLC in natural monopolistic, (telecommunication) industry. I was told that we cannot talk to our president directly. We have our reps and so on. Absurd? Yup if you are straight from Andersen and jump into Telecom, yeah yeah…you will find it very odd, because you already get used to an environment where even the partner of the firm wants to be your friend.
Off courselah you don’t want to be stuck with them because they are old and they will only talk about work-work-work…I even can’t stand my senior… hallamak apalah this people, all their life work, only eh? They, on the other hand don’t want to be your friend either, because to them you are too lazy, too pampered, too mengada-ngada to be as successful as they are. You want big fat, pay check, but suruh buat kerja lebih sikit dah nak MC, orang suruh cuti belajar biar score gila-gila babi, dapat medal emas, medal silver or bronze, ini langsung satu paper pun ko tak lulus, hai macam manalah nak gantikan tempat mereka satu hari nantikan. Saya pula langsung lagi teruk, nak sign agreement belajar pun tak mau. Langsung tak mau belajar. Saya malu sendiri bila bos besar saya cakap “I think you should given MIT a serious thought”
Itu pasal kita tak akan jadi pangyau… but they are very nice. Kandang-kala, saya selalu rasa malu, Ya Allah kenapalah mereka ini sangat baik dan lembut tutur kata mereka terhadap saya yang miskin, kerdil. Kecil dan lemah ini. When they give you advice, they do sound like your mother and father instead of what you think, or imagine before. Because I always like to watch TV always see rich, snob bos will talk crudely to their worker, therefore heaving bos like them is like in a fairy tale. One of them do sound like your pangyau. You can always make joke and laugh with him. Yup he like to laugh a lot. But off course you don’t want to be stuck with him either because of his drinking habit. Only the Caucasian can stand and will stick around with him, be his regular drinking pangyau.
Now, I’ve been in this super elitis Telecom school for almost 2 years, I’ll be leaving the university soon as I wanna give a cheap government university a try, but I only see the President in the picture. I’ve been in a dean list but, I don’t know if the one who gave me the cert during the ceremony that day was the Dean or only the wakil. I don’t know what my Dean’s looks like. If you asked me now, what is his name, you have to wait for a while as I have to google first. ha ha ha….At least I know my dean is indeed a Man not Woman ok.
Ok, back with our Mr President, where does our Mister President be in this while, I also don’t know. I was only be told by the lecturer, even they can’t see Mr President. She told us she does not have the chance to talk to the President as and when she liked. Only the chosen one can talk to the President.
I think back of my office, yeah our bos don’t see us that often. Our boss will be very busy attending meeting and kursus. Bos in Andersen don’t attend meeting that much. If they do attend meeting as much as PPD bos do, they don’t have the time to review your work, let alone raising a review point when needed or read the painstakingly prepared cover latter and make changes where necessary. I always wonder how bosses in GLC and government agency at “ranting” level reviewing their anak buah’s work.
But off course when I was in Kementerian my bos himself/herself will review the work. We can’t send anything out to our client without heaving them reviewed or approved first by at least an Accountant. Yup, our bos in Kementerian also don’t attend meeting as much as our boss at district level. If they attend meeting pun, if still got time, they will be in the office even an hours or so. Thus no latter, or document get stuck just because no signature.
It is very rare of them to be out of the office for a long period, or period yang bersambung-sambung macam orang perempuan dapat datang bulan berekor-ekor. Kalu panjang pun pasal, cuti bersalin, cuti nikah, cuti raya yang memang semua orang cuti panjang pun, naik pangkat, kena pergi kursus wajib yang memang panjang.
Tuesday, September 21, 2010
Cakaplah betul-betul
Bila saya baca ada blog tu, saya selalu bercakap-cakap sendiri dalam hati, awatlah dia ni suka sangat cari benci orang. Lalu saya teringat pesan mak dan nenek, paku dulang paku serpih. Saya pun merenung dalam diri lalu saya bercakap sendiri “aku pun apa kurangnya?”
Saya lebih suka bersusah-susah kena pulau, kena hina, kena keji kerana apa? Ntahlah. Apa ceritanya? Ceritanya macam ini, saya terlalu nak ikut peraturan, saya maukan segregation of duty dalam tugas kewangan. Saya pun tak tau kenapa saya degil sangat mau itu, mau macam itu juga. Kerana pasal itu saya bergaduh dengan bos saya sendiri, sampai saya memutuskan untuk bertukar. Bila tukar cerita sama juga dan saya bergaduh lagi. Masalah ini tidak berlaku semasa saya bertugas di Kementerian.
Kali ini saya bergaduh dengan lebih ramai orang lagi. Lebih ramai orang yang pelajarannya lebih tinggi lagi. Kalu dulu saya bergaduh dengan bos yang setakat ada diploma saja, di tempat baru ini saya bergaduh dengan orang yang bukan saja ada ijazah, tapi ada master pun hada, ada MIA cert, tengah bikin CIMA, ACCA pun ada. Pendek kata saya berbalah dengan orang yang lebih besar lebih berpelajaran dari saya sendiri.
Bila saya pergi menyambung pelajaran semula, saya mula faham apa yang saya mau- maukan sangat itu hanya sebahagian dari internal control aje. Suka hatilah organisasi itu nak adakan internal control atau tidak. Kalau bos rasa kos mengadakan control, melebihi benefit, tak payah ada control pun tak apa. Contoh nyata, dek kedegilan saya, cost yang terpaksa ditanggung besar juga impak. Saya kira-kira balik memang kosnya melebih benefitlahkan.
Tapi bos saya dan kawan-kawan dia tak tau bagi tau saya secara proper, kenapa tak perlu ada internal control ini. Saya boleh terima jika penerangannya seperti yang diterangkan oleh pensyarah saya semasa kuliah. Tapi saya memang tak boleh terima cara bos-bos dan kawan-kawan bos saya bereaksi terhadap kedegilan saya. Jadi perang besar gitu. Mereka tuduh saya macam-macam. Bos saya yang setakat diploma aje tu kata saya gunting dalam lipatan, saya pengelat, saya curi tulang, saya mengulau. Bos saya yang ada ijazah aje tapi kawan-kawan dia ada yang ada phd, master pula tak kata apa-apa. Tapi kawan ustaz dia yang tidaklah punya ijazah pun tapi selalu cakap dia handal jaga kewangan pula cakap, “saya budak benci agama, saya budak penghalang jalan agama”
Kawan bos saya yang master dalam bidang psikologi pula kata saya stress dan perlukan rehat. Dia ajak saya pergi ikut orang berkursus tapi tak payah kursus-kursus, rehatkan minda. Lagilah saya hangin satu badan. Saya mengamuk? Tak saya tak bukan jenis kaki hamuk pun. Saya buat batu, buat donno jah. Tapi dia yang mengamuk sebab dahlah saya tak nak ikut cakap dia supaya rehatkan minda, saya ntah saya pun tak ingat, apa dah saya buat sampai dia sangat marahkan saya, cuma saya ingat 2 kalilah saya kena marah, marah yang teramat. Worst, saya anak dara tua obsess yang gila nak jadi bini Perdana Menteri Malaysia bukan Melayu yang pertama. Saya gila, delusional, saya ganggu, saya mengaruk, saya harass boyfried orang, sampai kawan tu belum jadi-jadi kawen lagi. Habis semua orang saya kacau-saya maki hamun dan saya celaka-celakakan.
Saya fikir-fikir balik memang tak berbaloilah semua tengkingan, pulauan dan benda-benda yang terpaksa saya hadapi cuma kerana nak mempertahankan internal control ini. Dia orang pun satu hal juga, tak tau nak menerangkan menggunakan bahasa specific kepada saya. Cakap mereceh-receh, bukan-bukan, anak yahudilah, kawen besok tak solat subuh kena hempap selimut tebal, dapat anak mata buta mata sebelahlah, ntah apa-apa tah, cakap-cakap yang buat kita sakit hati dan benci.
Cuba cakap macam ini “We can’t afford to have/to exercise an internal control as required by the Treasury Instruction and relevant circular as we are of the opinion that the cost of implementing such control out weight it’s benefit due to the following reason:-
Apa reason? Tulislah apa reason sekali punkan. Oh ya, mampukah mereka berterus terang salah satu sebabnya ialah “pegawai saya tidak mahir/tidak ada pengetahuan dalam peraturan kewangan, saya kekurangan staff yang berkempuan atau warrant perjawatan yang pihak JPA luluskan tidak mencukupi bagi membolehkan pejabat ini melakukan pembahagian tugas seperti yang telah sarankan oleh pekeliling dan peraturan kewangan yang telah ditetapkan”
Tak de pekdahnya saya nak sakit kepala meneka-neka itu dan ini. Cuti nanti baik saya ke Putrajaya tanyakan peluang saya sambung lagi cuti, sampai ijazah pula. Kalau buleh cuti lagi sampai siap complete ACCA ka, MACPA terus, sampai tak boleh cuti lagi. In hope by the time I come back to the office they already have sufficient resources to carried out an internal control.
Saya lebih suka bersusah-susah kena pulau, kena hina, kena keji kerana apa? Ntahlah. Apa ceritanya? Ceritanya macam ini, saya terlalu nak ikut peraturan, saya maukan segregation of duty dalam tugas kewangan. Saya pun tak tau kenapa saya degil sangat mau itu, mau macam itu juga. Kerana pasal itu saya bergaduh dengan bos saya sendiri, sampai saya memutuskan untuk bertukar. Bila tukar cerita sama juga dan saya bergaduh lagi. Masalah ini tidak berlaku semasa saya bertugas di Kementerian.
Kali ini saya bergaduh dengan lebih ramai orang lagi. Lebih ramai orang yang pelajarannya lebih tinggi lagi. Kalu dulu saya bergaduh dengan bos yang setakat ada diploma saja, di tempat baru ini saya bergaduh dengan orang yang bukan saja ada ijazah, tapi ada master pun hada, ada MIA cert, tengah bikin CIMA, ACCA pun ada. Pendek kata saya berbalah dengan orang yang lebih besar lebih berpelajaran dari saya sendiri.
Bila saya pergi menyambung pelajaran semula, saya mula faham apa yang saya mau- maukan sangat itu hanya sebahagian dari internal control aje. Suka hatilah organisasi itu nak adakan internal control atau tidak. Kalau bos rasa kos mengadakan control, melebihi benefit, tak payah ada control pun tak apa. Contoh nyata, dek kedegilan saya, cost yang terpaksa ditanggung besar juga impak. Saya kira-kira balik memang kosnya melebih benefitlahkan.
Tapi bos saya dan kawan-kawan dia tak tau bagi tau saya secara proper, kenapa tak perlu ada internal control ini. Saya boleh terima jika penerangannya seperti yang diterangkan oleh pensyarah saya semasa kuliah. Tapi saya memang tak boleh terima cara bos-bos dan kawan-kawan bos saya bereaksi terhadap kedegilan saya. Jadi perang besar gitu. Mereka tuduh saya macam-macam. Bos saya yang setakat diploma aje tu kata saya gunting dalam lipatan, saya pengelat, saya curi tulang, saya mengulau. Bos saya yang ada ijazah aje tapi kawan-kawan dia ada yang ada phd, master pula tak kata apa-apa. Tapi kawan ustaz dia yang tidaklah punya ijazah pun tapi selalu cakap dia handal jaga kewangan pula cakap, “saya budak benci agama, saya budak penghalang jalan agama”
Kawan bos saya yang master dalam bidang psikologi pula kata saya stress dan perlukan rehat. Dia ajak saya pergi ikut orang berkursus tapi tak payah kursus-kursus, rehatkan minda. Lagilah saya hangin satu badan. Saya mengamuk? Tak saya tak bukan jenis kaki hamuk pun. Saya buat batu, buat donno jah. Tapi dia yang mengamuk sebab dahlah saya tak nak ikut cakap dia supaya rehatkan minda, saya ntah saya pun tak ingat, apa dah saya buat sampai dia sangat marahkan saya, cuma saya ingat 2 kalilah saya kena marah, marah yang teramat. Worst, saya anak dara tua obsess yang gila nak jadi bini Perdana Menteri Malaysia bukan Melayu yang pertama. Saya gila, delusional, saya ganggu, saya mengaruk, saya harass boyfried orang, sampai kawan tu belum jadi-jadi kawen lagi. Habis semua orang saya kacau-saya maki hamun dan saya celaka-celakakan.
Saya fikir-fikir balik memang tak berbaloilah semua tengkingan, pulauan dan benda-benda yang terpaksa saya hadapi cuma kerana nak mempertahankan internal control ini. Dia orang pun satu hal juga, tak tau nak menerangkan menggunakan bahasa specific kepada saya. Cakap mereceh-receh, bukan-bukan, anak yahudilah, kawen besok tak solat subuh kena hempap selimut tebal, dapat anak mata buta mata sebelahlah, ntah apa-apa tah, cakap-cakap yang buat kita sakit hati dan benci.
Cuba cakap macam ini “We can’t afford to have/to exercise an internal control as required by the Treasury Instruction and relevant circular as we are of the opinion that the cost of implementing such control out weight it’s benefit due to the following reason:-
Apa reason? Tulislah apa reason sekali punkan. Oh ya, mampukah mereka berterus terang salah satu sebabnya ialah “pegawai saya tidak mahir/tidak ada pengetahuan dalam peraturan kewangan, saya kekurangan staff yang berkempuan atau warrant perjawatan yang pihak JPA luluskan tidak mencukupi bagi membolehkan pejabat ini melakukan pembahagian tugas seperti yang telah sarankan oleh pekeliling dan peraturan kewangan yang telah ditetapkan”
Tak de pekdahnya saya nak sakit kepala meneka-neka itu dan ini. Cuti nanti baik saya ke Putrajaya tanyakan peluang saya sambung lagi cuti, sampai ijazah pula. Kalau buleh cuti lagi sampai siap complete ACCA ka, MACPA terus, sampai tak boleh cuti lagi. In hope by the time I come back to the office they already have sufficient resources to carried out an internal control.
Cakaplah betul-betul
Bila saya baca ada blog tu, saya selalu bercakap-cakap sendiri dalam hati, awatlah dia ni suka sangat cari benci orang. Lalu saya teringat pesan mak dan nenek, paku dulang paku serpih. Saya pun merenung dalam diri lalu saya bercakap sendiri “aku pun apa kurangnya?”
Saya lebih suka bersusah-susah kena pulau, kena hina, kena keji kerana apa? Ntahlah. Apa ceritanya? Ceritanya macam ini, saya terlalu nak ikut peraturan, saya maukan segregation of duty dalam tugas kewangan. Saya pun tak tau kenapa saya degil sangat mau itu, mau macam itu juga. Kerana pasal itu saya bergaduh dengan bos saya sendiri, sampai saya memutuskan untuk bertukar. Bila tukar cerita sama juga dan saya bergaduh lagi. Masalah ini tidak berlaku semasa saya bertugas di Kementerian.
Kali ini saya bergaduh dengan lebih ramai orang lagi. Lebih ramai orang yang pelajarannya lebih tinggi lagi. Kalu dulu saya bergaduh dengan bos yang setakat ada diploma saja, di tempat baru ini saya bergaduh dengan orang yang bukan saja ada ijazah, tapi ada master pun hada, ada MIA cert, tengah bikin CIMA, ACCA pun ada. Pendek kata saya berbalah dengan orang yang lebih besar lebih berpelajaran dari saya sendiri.
Bila saya pergi menyambung pelajaran semula, saya mula faham apa yang saya mau- maukan sangat itu hanya sebahagian dari internal control aje. Suka hatilah organisasi itu nak adakan internal control atau tidak. Kalau bos rasa kos mengadakan control, melebihi benefit, tak payah ada control pun tak apa. Contoh nyata, dek kedegilan saya, cost yang terpaksa ditanggung besar juga impak. Saya kira-kira balik memang kosnya melebih benefitlahkan.
Tapi bos saya dan kawan-kawan dia tak tau bagi tau saya secara proper, kenapa tak perlu ada internal control ini. Saya boleh terima jika penerangannya seperti yang diterangkan oleh pensyarah saya semasa kuliah. Tapi saya memang tak boleh terima cara bos-bos dan kawan-kawan bos saya bereaksi terhadap kedegilan saya. Jadi perang besar gitu. Mereka tuduh saya macam-macam. Bos saya yang setakat diploma aje tu kata saya gunting dalam lipatan, saya pengelat, saya curi tulang, saya mengulau. Bos saya yang ada ijazah aje tapi kawan-kawan dia ada yang ada phd, master pula tak kata apa-apa. Tapi kawan ustaz dia yang tidaklah punya ijazah pun tapi selalu cakap dia handal jaga kewangan pula cakap, “saya budak benci agama, saya budak penghalang jalan agama”
Kawan bos saya yang master dalam bidang psikologi pula kata saya stress dan perlukan rehat. Dia ajak saya pergi ikut orang berkursus tapi tak payah kursus-kursus, rehatkan minda. Lagilah saya hangin satu badan. Saya mengamuk? Tak saya tak bukan jenis kaki hamuk pun. Saya buat batu, buat donno jah. Tapi dia yang mengamuk sebab dahlah saya tak nak ikut cakap dia supaya rehatkan minda, saya ntah saya pun tak ingat, apa dah saya buat sampai dia sangat marahkan saya, cuma saya ingat 2 kalilah saya kena marah, marah yang teramat. Worst, saya anak dara tua obsess yang gila nak jadi bini Perdana Menteri Malaysia bukan Melayu yang pertama. Saya gila, delusional, saya ganggu, saya mengaruk, saya harass boyfried orang, sampai kawan tu belum jadi-jadi kawen lagi. Habis semua orang saya kacau-saya maki hamun dan saya celaka-celakakan.
Saya fikir-fikir balik memang tak berbaloilah semua tengkingan, pulauan dan benda-benda yang terpaksa saya hadapi cuma kerana nak mempertahankan internal control ini. Dia orang pun satu hal juga, tak tau nak menerangkan menggunakan bahasa specific kepada saya. Cakap mereceh-receh, bukan-bukan, anak yahudilah, kawen besok tak solat subuh kena hempap selimut tebal, dapat anak mata buta mata sebelahlah, ntah apa-apa tah, cakap-cakap yang buat kita sakit hati dan benci.
Cuba cakap macam ini “We can’t afford to have/to exercise an internal control as required by the Treasury Instruction and relevant circular as we are of the opinion the cost of implementing such control out weight it’s benefit due to the following reason:-
Apa reason? Tulislah apa reason sekali punkan. Oh ya, mampukah mereka berterus terang salah satu sebabnya ialah “pegawai saya tidak mahir/tidak ada pengetahuan dalam peraturan kewangan, saya kekurangan staff yang berkempuan atau warrant perjawatan yang pihak JPA luluskan tidak mencukupi bagi membolehkan pejabat ini melakukan pembahagian tugas seperti yang telah sarankan oleh pekeliling dan peraturan kewangan yang telah ditetapkan”
Tak de pekdahnya saya nak sakit kepala meneka-neka itu dan ini. Cuti nanti baik saya ke Putrajaya tanyakan peluang saya sambung lagi cuti, sampai ijazah pula. Doakan permohanan cuti ini diluluskan.
Saya lebih suka bersusah-susah kena pulau, kena hina, kena keji kerana apa? Ntahlah. Apa ceritanya? Ceritanya macam ini, saya terlalu nak ikut peraturan, saya maukan segregation of duty dalam tugas kewangan. Saya pun tak tau kenapa saya degil sangat mau itu, mau macam itu juga. Kerana pasal itu saya bergaduh dengan bos saya sendiri, sampai saya memutuskan untuk bertukar. Bila tukar cerita sama juga dan saya bergaduh lagi. Masalah ini tidak berlaku semasa saya bertugas di Kementerian.
Kali ini saya bergaduh dengan lebih ramai orang lagi. Lebih ramai orang yang pelajarannya lebih tinggi lagi. Kalu dulu saya bergaduh dengan bos yang setakat ada diploma saja, di tempat baru ini saya bergaduh dengan orang yang bukan saja ada ijazah, tapi ada master pun hada, ada MIA cert, tengah bikin CIMA, ACCA pun ada. Pendek kata saya berbalah dengan orang yang lebih besar lebih berpelajaran dari saya sendiri.
Bila saya pergi menyambung pelajaran semula, saya mula faham apa yang saya mau- maukan sangat itu hanya sebahagian dari internal control aje. Suka hatilah organisasi itu nak adakan internal control atau tidak. Kalau bos rasa kos mengadakan control, melebihi benefit, tak payah ada control pun tak apa. Contoh nyata, dek kedegilan saya, cost yang terpaksa ditanggung besar juga impak. Saya kira-kira balik memang kosnya melebih benefitlahkan.
Tapi bos saya dan kawan-kawan dia tak tau bagi tau saya secara proper, kenapa tak perlu ada internal control ini. Saya boleh terima jika penerangannya seperti yang diterangkan oleh pensyarah saya semasa kuliah. Tapi saya memang tak boleh terima cara bos-bos dan kawan-kawan bos saya bereaksi terhadap kedegilan saya. Jadi perang besar gitu. Mereka tuduh saya macam-macam. Bos saya yang setakat diploma aje tu kata saya gunting dalam lipatan, saya pengelat, saya curi tulang, saya mengulau. Bos saya yang ada ijazah aje tapi kawan-kawan dia ada yang ada phd, master pula tak kata apa-apa. Tapi kawan ustaz dia yang tidaklah punya ijazah pun tapi selalu cakap dia handal jaga kewangan pula cakap, “saya budak benci agama, saya budak penghalang jalan agama”
Kawan bos saya yang master dalam bidang psikologi pula kata saya stress dan perlukan rehat. Dia ajak saya pergi ikut orang berkursus tapi tak payah kursus-kursus, rehatkan minda. Lagilah saya hangin satu badan. Saya mengamuk? Tak saya tak bukan jenis kaki hamuk pun. Saya buat batu, buat donno jah. Tapi dia yang mengamuk sebab dahlah saya tak nak ikut cakap dia supaya rehatkan minda, saya ntah saya pun tak ingat, apa dah saya buat sampai dia sangat marahkan saya, cuma saya ingat 2 kalilah saya kena marah, marah yang teramat. Worst, saya anak dara tua obsess yang gila nak jadi bini Perdana Menteri Malaysia bukan Melayu yang pertama. Saya gila, delusional, saya ganggu, saya mengaruk, saya harass boyfried orang, sampai kawan tu belum jadi-jadi kawen lagi. Habis semua orang saya kacau-saya maki hamun dan saya celaka-celakakan.
Saya fikir-fikir balik memang tak berbaloilah semua tengkingan, pulauan dan benda-benda yang terpaksa saya hadapi cuma kerana nak mempertahankan internal control ini. Dia orang pun satu hal juga, tak tau nak menerangkan menggunakan bahasa specific kepada saya. Cakap mereceh-receh, bukan-bukan, anak yahudilah, kawen besok tak solat subuh kena hempap selimut tebal, dapat anak mata buta mata sebelahlah, ntah apa-apa tah, cakap-cakap yang buat kita sakit hati dan benci.
Cuba cakap macam ini “We can’t afford to have/to exercise an internal control as required by the Treasury Instruction and relevant circular as we are of the opinion the cost of implementing such control out weight it’s benefit due to the following reason:-
Apa reason? Tulislah apa reason sekali punkan. Oh ya, mampukah mereka berterus terang salah satu sebabnya ialah “pegawai saya tidak mahir/tidak ada pengetahuan dalam peraturan kewangan, saya kekurangan staff yang berkempuan atau warrant perjawatan yang pihak JPA luluskan tidak mencukupi bagi membolehkan pejabat ini melakukan pembahagian tugas seperti yang telah sarankan oleh pekeliling dan peraturan kewangan yang telah ditetapkan”
Tak de pekdahnya saya nak sakit kepala meneka-neka itu dan ini. Cuti nanti baik saya ke Putrajaya tanyakan peluang saya sambung lagi cuti, sampai ijazah pula. Doakan permohanan cuti ini diluluskan.
Sunday, September 19, 2010
Don't kiss & tell 2
Raya-raya ni dalam kita kehabisan surat khabar nak baca cerita orang mati kena bunuh dan lepas tu kena bakar, ada pula satu cerita yang mengada-ngada jah macam tergedik-gedik menyelit-menyelit di sebalik kehebatan cerita orang lain.
Orang lain sibuk nak bertunang nak bernikah, dia pulak tuntut hutang. Ala, hutang lama-lama dululah. Hutang duit belaja kawen. Punyalah anak-anak dah besar dah sekolah baru dia teringat nak tuntut hutang. Dulu-dulu kenapa tak minta? Saya semacam setujulah pula persoalan tunang baru suami dia kepada si artis yang glemernya idaklah boleh menandingi Erra Fazira walau ramai orang kata dia ini iras Erra.
Iyai yai Yusof Haslam pun jahat, bila buek movie panggil Erra, tapi yang selama ni menjayakan siri-sirinya artis kekwat si penuntut hutang lapuklah tu… Kalu saya tengok-tengok muka anak dia yang sulung tu rasa dah sekolah kut…therefore rasa dah lebih dari tujuh tahun. Dia tak belajar business lawlah tu yang hutang lebih dari certain period dah tak buleh dikata hutang..he he he…
Itu itu kira bisness law, cik janda yang masih melecun, walau dah tak buleh dibikin heroen felem ni, buleh saja panggil lawyer untuk padankan kes dia dengan case law yang sepadan. Bule kasi tort ka, bule macam-macamlah kan. Kita study law sikit-sikit jah, jadi kita tak brapa pandai nak create issue. Hutang pun kita limit kepada 7 tahun jah. Lepas 7 tahun, kita write-off, consider hutang lapuk tak berbayar, consider rugi kepada business. Kita tutup cerita, kalu yang kuat beragama tu mereka anggap asam garam dunia perniagaan, anggap sedekah jariah yang tuhan balas pada hari akhirat kelak.
Itu cerita orang business jual credit. La ni orang berniaga sumer nak kredit. Jarang orang berniaga tunai. I’m talking about business at primary level/ at production level, bukan at retail premis macam Tesco, KFC, Mc D tu semua. Lagi pun nabi kita kata beri hutang itu lebih baik dari beri sedekah, jadi walau akauntan pening dengan hutang, hutang tetap hutang memang satu transaksi yang halal, kenalah kerja lebih agar tak ada orang yang terinaya dek kerana hutang.
Tapi, cerita orang berhutang mas kawen, duit hantaran memang saya musykeelll. Si penuntut kata dia bikin semua ni pasal anak-anak. Ntahlah… Persoalannya dari dulu lagi kenapa dia tak minta? Pelik. Kenapa? Dia rasa dia dah takkan laku lagikah lepas ni? Dia tak percayakah rezki anak-anak sentiasa ada? Kenapa pula dia nak merendah-rendahkan diri dia tahap macam janda desperado, terdesak nak masuk paper juga? Memang dulu dialah antara artis perempuan yang paling saya respek.
I tell ulah wat eh, kalu lepas ni dia tak de job, tapi rasa no waylah busness drama-drama kat Malaysia ni dah nak lingkup, mustahil. Negara Islam yang orang kata paling extream tu pun banyak hasilkan drama dan felem, kenapa plak Malaysia yang moderate ni nak tutup kedai bikin wayang gambar? Kalu drama Queen ni tak laku, pasal dialah yang dah tiba-tiba jah malas nak ikut jadual, tak buleh bagi apa yang pegarah maukan.
Kita orang bukan pelakun, akan cakap kerja pelakun macam senang, tapi sebenarnya berlakun bukannya kerja senang. Kalau saya ada bakat berlakun pun saya akan cakap baik aku kerja akaun dan kewangan, nama nak kerja berlakun eish tak bulelah rasanya. Susah you. Saya kata azab kerja berlakun ni sebab kawan saya ni Mem kepada rumah yang dulu Yusuf Haslam selalu bikin shooting, masa yang belum dia bikin rumah besar kat Melawati tu.
Masa Yusuf Haslam pinjam rumah tu, kawan belum nikah lagi dengan tuan Rumah tu, bila nikah dah tak delah shooting-shooting kat situ, sebab apa suami kawan tak bagi shooting lagi? Sebab diaorang akan shooting tak kira masa. Pukul 3, 4 pagi pun kalau tak siap, kena siapkan juga. Susah. Kita orang perempuan kita mana buleh ada orang lain ramai-ramai dalam rumah kita berbulan-bulan kerja 24-jam. Kalau pelakun tu tak boleh komit, memang pengarah tak akan ambillah lagi mereka berlakun.
Pulak tu mengada-ngada berfoto dengan budak pelakun mudalah pulak tu. Eh macam nak bertanding-tanding pula, dengan ex hubby dia. Kenapalah jadi sampai macam itu. Dah bercerai tu udah-udahlah. Apa lagilah yang nak dikecoh-kecoh gitu. Kumbang bukan seekor. Awak tu bukannya tak cantik, tak ada orang mau. Pasti ada tu…dok menggedik dengan budak muda tu, iyeka budak tu betul ikhlas, atau nak tumpang glemer awak jah. C’onlah kalau nak bercinta kali keduapun cermin diri tu dulu, ukur bakat dan sendiri, buatlah perbandingan yang selayaknya.
Tak pe kalau terus menjanda sampai mati, tapi kerjaya seni mantap, dari pelakun, jadi pengarah, jadi ntah apa-apalahkan. Yang gila nak business kainlah, kain apa yang ko dah jual kak oii? Nak jual kain, jual ajelah, nak berlakon-berlakon ajelah. Bukan tak boleh berlakun lagi pun. Apa salahnya berlakun watak sikit-sikit tapi job tak putus. Kalu betul demi masa depan anak-anak, patut lebih tumpu usaha bikin jadual, bikin promosi untuk pastikan 2011, job tak putus, RM terus masyuuukkk tak pernah miss gitu.
Ini tidak masuk paper, heret anak-anak, heret toy-boy muda skali. Memang meluat den negok eh. Nasib baiklah che bukan pengarah, kalu che pengarah, che hasut semua kawan-kawan pengarah che, kasi boycott sama pelakun kekwat ni, suruh dia jual kaen ajelah dengan boyfriend muda dia tuh. Muka pun memang ada iras mamak Pakistan yang dok jaja kaen kat kampung-kampung. Memang sajaklah tu.
Konklusinya, satu pilih yang emosional yang bodoh lagi pandir. No way beb, you can compeate with that emas muda tu. The only way is to compete via your profession, show it to us, the viewer that you are batter actress by going on air as much as you can, tak kisahlah blakon iklan teh ka, ribena ka, iklan sabun basuh ka…sabun basuh ya, sebab dah umur macam tu iklan sabun mandi dah tak buleh dah…Masuk surat khabar keluar cerita-cerita pandir, ada dapat duit ka? At least masuk iklan dapat gak duit, waima iklan lampin pakai buang orang dewasa pun dapat duit. Duit nak guna demi membesarkan anak-anak. Show it to usla anak-anak awak lebih berjaya dari anak-anak dia nanti. Ko ingat budak-budak tu suka ka diheret-heret masuk paper lagu tu? Kalu sayalah, saya tak ngaku ada mak yang lorat macam tu. Gatal tak bertempat. Tak taulah kalu anak dia pun gatal serupa macam mak dia juga. Suka memperbesar-besarkan isu kecil. Patutlah kena cerai. Hahllah pendek akal betullah betina sekor ni. Geram akuuuhhh.
Wednesday, September 15, 2010
Fikirkan yang indah2 2
Orang kata jangan panggil dia first lady…sebab first lady kita bukan dia, tapi bini Agong. Suka ati sayalah nak panggil apapun sebab yang kata First Lady tu bini Agong jah, memang kita kenal, hati dan usus dia yang tak rela, tak pernah redha duit cukai yang dia bayar tiap-tiap bulan kat LHDN dibikin bayar elaun Agong-Agong dan Sultan-Sultan. Tabiatnya juga memang kita kenali suka melaga-lagakan orang pantang ada peluang.
First Lady memang misterius, gelap, hitam dan devilish…macam Medusa, but she’s even worst then Medusa, macam Mona Fandey??? To some of uslah, to me 50-50 sebab saya ini jenis sketikal perlu banyak bukti lagi.
Bila ada kematian tragic yang mengerikan, macam yang terbaharu ni, nama-nama perempuan lain mula-lah timbul semula, Altantuya, Mustakizah, Norita, aduh macam-macam cerita sadis dan ngerilah. Tapi kalau saya percaya, cerita-cerita gelap, negetif macam ini samalah macam saya percaya yang Allah tak makbulkan doa-doa saya. Ya saya minta kita dikurnai dengan pemimpin yang adil, baik dan macam-macamlah yang positif dan juga minta dihindari dari pemimpin zalim kejam lagi songsang. Pendek kata minta Allah lindungi kita semua dari macam-macamlah benda yang negetif.
Saya percaya bukan saya saja yang berdoa sebegini, ramai lagi yang doa sama macam saya. Cerita-cerita karut macam ini memang meresahkan hati, sebab kita semacam percaya ntah apa-apa yang kita nak percayalahkan. Masa depan bergantung kepada kepercayaan kita. Dari fikir benda negetif lebih baiklah menstimulasi minda pada benda yang baik-baik dan positif. Fikirkan yang indah-indah macam foto di bawah ini:-
First Lady memang misterius, gelap, hitam dan devilish…macam Medusa, but she’s even worst then Medusa, macam Mona Fandey??? To some of uslah, to me 50-50 sebab saya ini jenis sketikal perlu banyak bukti lagi.
Bila ada kematian tragic yang mengerikan, macam yang terbaharu ni, nama-nama perempuan lain mula-lah timbul semula, Altantuya, Mustakizah, Norita, aduh macam-macam cerita sadis dan ngerilah. Tapi kalau saya percaya, cerita-cerita gelap, negetif macam ini samalah macam saya percaya yang Allah tak makbulkan doa-doa saya. Ya saya minta kita dikurnai dengan pemimpin yang adil, baik dan macam-macamlah yang positif dan juga minta dihindari dari pemimpin zalim kejam lagi songsang. Pendek kata minta Allah lindungi kita semua dari macam-macamlah benda yang negetif.
Saya percaya bukan saya saja yang berdoa sebegini, ramai lagi yang doa sama macam saya. Cerita-cerita karut macam ini memang meresahkan hati, sebab kita semacam percaya ntah apa-apa yang kita nak percayalahkan. Masa depan bergantung kepada kepercayaan kita. Dari fikir benda negetif lebih baiklah menstimulasi minda pada benda yang baik-baik dan positif. Fikirkan yang indah-indah macam foto di bawah ini:-
Tuesday, September 14, 2010
Don't Kiss & Tell
Bagi yang rajin/suka baca pasal politik, mesti satu perkara/isu yang hangat tak lama dulu sebelum Ramadhan dulu ialah pasal Ezam dan Wan Azizah. Pasal Ezam yang semacam memaksa, memberikan tekanan kepada “kakak” kesayangan dia membuka mulut mendedahkan pekung suami sendiri demi menyelamatkan umat Melayu. Kunun kalau kita terjemah balik kepada bahasa Melayu gossip che Kiah, che Joyah, che Mah, bahasa gred sampah, “kak tolonglah kak, fikirkanlah pasal anak-anak sikit. Kak kena pecahkan tembelang abang tu. Kalau tak anak-anak kita gak nanti yang jadi sundal, bohsia, bohjan tau!”
Echeh macam dia dah tau jah anak dia nanti akan end-pun jual maruah-diri kat tanah tumpah darah sendiri sebab kakak dia yang tak nak buka mulut. Saya yang kuat berangan ini membayangkan kalulah saya berada di tempat Kak Wan kita tu, macam mana eh? Saya being kuat berangan, bila dah kuat berangan tu mana ada mau fikir-panjang-panjang. Kalaulah saya Wan Azizah, saya akan cakap macam ini:-
“Aku dah tua-tua nih, anak-anak aku semua sudah berjaya-jaya, anak ko nak nak murtad, anak ko nak jadi sundal, ko dengan bini kolah yang tak pandai, apa plak laki haku punya pasal. Aku maleh nak fikir-fikir. Selagi abang ko tak ganggu aku beribadat udah, apa jadahnya aku nak turun naik pentas jaja buruk laki haku sendiri. Dari aku dengar hasutan ko baik aku dengar apa kata surah Al Azab. Hah kan suruh tu dah terang-terang suruh kita oghang pempuan ni duduk diam-diam, jangan expose-expose sangat kalau nak Allah bersih dan muliakan keturunan aku. Hapa ko ingat haku ni bini Tiger Wood ka? Cantik sangatlah tu dah bercerai cerita derita sendiri, ko ingat orang media ni depa ikhlas ka, tak denya depa dah kira brapa bahagian depa dapat kalu aku jaja emansipasi diri aku sendiri. ”
Honestly saya memang benci orang perempuan yang suka jaja buruk suami. Mujur saya sentiasa dilingkungi rakan yang memandang tinggi kedudukan suami mereka, walau orang luar mulut berbuih mengumpat tak habis-habis mencerita buruk laku pasangan mereka. Sepanjang saya berkerja tukar sana sini, kawan pun macam-macam orang, memang ada kawan jenis macam ini. Saya kenal suami mereka. Taklah jahat sangat pun, tapi ntah perangai tu orang tak berapa gemar, orang Melaka kata kahau, tak padanlah dengan kawan saya yang halus mulus budi-pekertinya.
As pure Malacan, walau dibesarkan di Kampung Kesang , Muar, Johor saya memang tak berapa amik port sangat pasal kahau-kahau ni, memang kengkadang tu kahau-kahau depan orang ramai ni boleh memalukan pasangan masing-masing yang memang comel lote halus mulus, tulus budi-bicara tu. Idealistically, status pasangan kena ambik port juga. Kalau buleh tu sensetiplah skeet, janganlah pasangan kita yang almost tak de cela tu jadi bualan orang, jadi daging makanan si pengumpat dek kekahauan kita.
Berbalik pasal kawan-kawan yang bersuamikan kahau/barbaric tak ikut rule tatatertib majelis ni, memang sering kena umpat sebagai bodoh, diperbodoh-bodohkan lakilah gitu. Kok iye betul dia kikis duit kawan saya, atau dia dah tak bagilah duit pencen dia sebab dah bagi kat pempuan lain yang lebih muda, belanja kat lelaki muda…(iya belanja lelaki muda tu hah suruh panjat tiang lampu, pasang benner, pasang bendera kempen politiklah korang hingat apa?) memanglah kawan terluka dan terkecil hati tapi kawan tak pernah marah sebab kawan anggap Allah beri balas pahala sedekah amal jariah yang lebih bernilai dari rantai emas, loket emas, percutian emas dari suami mereka.
Duit gaji kawan pun tak habis makan, anak-anak mereka yang sekarang ni dah jadi eksekutif-eksekutif belaka pula tak pernah miss tiap-tiap bulan bagi hantar duit walau dah berumah-tangga. Budak-budak tu jadi berjaya pun sebab garang ayah dia, nak harapkan kawan, mampuslah budak-budak tu tak jadi orang. Kawan-kawan sayakan perempuan yang tulus-mulus, tak reti marah-marah? Ntah, orang yang suka mengata-ngata tu nak suruh kawan saya yang dah nak pencen tu bercerai agaknya. Lepas tu kalu nak suruh kawen dengan anak teruna depa yang baru pulang dari London, Australia, Mekah, Madena, Mesir dan Jordan ka ok gak kan. Ini setakat cakap kunun simpati tapi sebeno eh bercakap ikut nafsu yang ntah apa-apa tah, tidak ada pasal kita semua nak ambil port.
Saya memang setujulah dengan pendirian perempuan specis Wan Azizah. Selagi suami tu tak suruh buat benda yang merosakkan akidah, tak de sebab nak memburuk-burukkan pakaian sendiri. Kalau laki tu dah durjana sangat, sampai tak hormat hak kita beribadat, minta cerai, lepas tu zip ajelah mulut tu rapat-rapat. I don’t see any reason nak buka aib orang, terutama suami sendiri.
Adilfitri without Abang G,L&M
Raya ni saya tak balik ke Muar lagi, kalu balik pun mungkin kejap saja. Tak dapatlah saya membakau darah dan mengejek-ejek Abang L dan M saya. Kami memang macam itu suka menyakat-nyakat, tapi setakat itu sajalah. Abang L &M penyokong tegar partai pembangkang.
Abang G pula pun sama, tapi saya tak pernah sembang politik dengannya. Tapi saya tau abang G memang sangat bencikan orang UMNO. Semua abang-abang saya benci, menyampah, meluat terutama dengan geng gedik Puteri. Ha ha ha. Saya pun dulu macam itu juga, tapi bila saya jumpa surah Al Hujrat ayat 11, saya tak berani nak kondem-kondem orang. Sebenar bila saya dah dewasa, saya dah orang kata lebih terbuka, saya bulehlah membuat penilaian sendiri.
Mungkinlah juga jalan hidup saya ini sudah ketetapan Allah, masa saya dilanda kesempitan, manusia-manusia yang family kata tak serupa orang, gedik macam suweh (calon ahli neraka) inilah yang bikin saya lega dan yakin. Dan bila kita less judging, kita akan nampak kelebihan mereka, kekurangan kita. Kita mengisafi diri dan terasa diri amat kerdil, kurang dan hina. Kita bersemangat mau jadi orang yang lebih positif dan kurang bersungut dan mengondem-ngondem orang lain.
Ok berbalik pasal abang-abang saya…
Saya pasti ketiga-tiga mereka tengah pening sama ada nak pilih Azmin atau Zaid Ibrahim, walau ketiga-tiga mereka tak layak memilih pun. Ntah-ntah tak daftar jadi ahli PKR pun. Abang G saya tak taulah, tapi Abang L mesti cakap, “aku tak buleh daftar sebab aku kije POLIS”, Abang M plak kata, “aku tak boleh nanti ayah sedih aku masuk PKR instead of PAS, demi hati ayah aku rela tak memilih mana satu pun”. Ini jangkaan saya pun, sebab dalam bertekak-tekak memang tak pernah saya tanyakan no keahlian mereka, walau saya rasa “ala, mereka ni 2x5 macam saya gak”
Saya duduk sorang-sorang pun berempatilah dengan ahli PKR yang terpaksa memilih tu. Susah tu. Mana satu nak pilih. Pilih Azmin, tapi takut kalau big bro sabit liwat, tak kuar Sungai Buluh, tak brasap plak dapur PKR, pilih Zaid, karang takut lebih tonggang dari Zaidlah plak. Biasalahkan kami orang baik-baik ni, yang tak pernah minum arak, main seks luar nikah, makan duit rahsuah, tapi bila dan terkena, biasa orang baik-baik macam kami inilah lebih buas lagi dari yang memang dah sedia jahat tu.
Memang macam itulah masalah budak baik, budak takut dosa ini. Macam cerita barshisah kan. Itu pasal saya takut nak mengata orang sebelah sana yang sebelum ni dikata-kata menggedik mengalahkan pelacur tu. Nauzubillah. Ya Allah, takut, kalau dibalikkan pada kitalah pula, sebab bila kita dah kenal dan bercampur dengan mereka, ramai gak yang masih anak dara dan hanya pecah dara selepas nikah. Orang kata tau batas. Limit. Analoginya macam orang dah selalu pandu kereta laju, mereka pandai control, berbanding kita yang tak pernah, sekali laju terus masuk gaung. Hah!
Mestilah mereka peningkan. Kenapa pula saya sangat, macam yakin jah Anwar masuk sungai Buluh? He he he… Zaid tukan jahat. Orang katalahkan, orang jahat ni kalu tak dapat tanduk, telinga pun aku dapat pulas pun jadilah. Zaidkan ramai kawan kat Bar Council. Memanglah Anwar ramai kawan di Amerika, tapi sekuat-kuat kawan di Amerika, mereka tu jauh. Bar Council lagi dekat. Zaid plus Chua Jui Meng, bebila jah mereka boleh sumbat Anwar dalam Sungai Buluh, kalu tak sumbat dalam sungai buluh pun, saya yakin pengalaman Chua Jui Meng di Kementerian Kesihatan, boleh bikin Anwar jadi orang gila.
Apa-pun kita tengok sajahlah sapa yang menang nanti. Apa pendirian Anwar? Saya ini dispite jadi batu api bako darah abang-abang sepupu saya, dispite kebimbangan saya, kalau saya ada kuasa pun saya tidak akan sesama sekali akan bikin sesuatu yang merosakkan Pakatan Pembangkang. Inikan pula saya yang memang tak ada apa-apa pun, cuma ada minat suka-suka perhati dan menyakat abang-abang saya saja.
Abang G pula pun sama, tapi saya tak pernah sembang politik dengannya. Tapi saya tau abang G memang sangat bencikan orang UMNO. Semua abang-abang saya benci, menyampah, meluat terutama dengan geng gedik Puteri. Ha ha ha. Saya pun dulu macam itu juga, tapi bila saya jumpa surah Al Hujrat ayat 11, saya tak berani nak kondem-kondem orang. Sebenar bila saya dah dewasa, saya dah orang kata lebih terbuka, saya bulehlah membuat penilaian sendiri.
Mungkinlah juga jalan hidup saya ini sudah ketetapan Allah, masa saya dilanda kesempitan, manusia-manusia yang family kata tak serupa orang, gedik macam suweh (calon ahli neraka) inilah yang bikin saya lega dan yakin. Dan bila kita less judging, kita akan nampak kelebihan mereka, kekurangan kita. Kita mengisafi diri dan terasa diri amat kerdil, kurang dan hina. Kita bersemangat mau jadi orang yang lebih positif dan kurang bersungut dan mengondem-ngondem orang lain.
Ok berbalik pasal abang-abang saya…
Saya pasti ketiga-tiga mereka tengah pening sama ada nak pilih Azmin atau Zaid Ibrahim, walau ketiga-tiga mereka tak layak memilih pun. Ntah-ntah tak daftar jadi ahli PKR pun. Abang G saya tak taulah, tapi Abang L mesti cakap, “aku tak buleh daftar sebab aku kije POLIS”, Abang M plak kata, “aku tak boleh nanti ayah sedih aku masuk PKR instead of PAS, demi hati ayah aku rela tak memilih mana satu pun”. Ini jangkaan saya pun, sebab dalam bertekak-tekak memang tak pernah saya tanyakan no keahlian mereka, walau saya rasa “ala, mereka ni 2x5 macam saya gak”
Saya duduk sorang-sorang pun berempatilah dengan ahli PKR yang terpaksa memilih tu. Susah tu. Mana satu nak pilih. Pilih Azmin, tapi takut kalau big bro sabit liwat, tak kuar Sungai Buluh, tak brasap plak dapur PKR, pilih Zaid, karang takut lebih tonggang dari Zaidlah plak. Biasalahkan kami orang baik-baik ni, yang tak pernah minum arak, main seks luar nikah, makan duit rahsuah, tapi bila dan terkena, biasa orang baik-baik macam kami inilah lebih buas lagi dari yang memang dah sedia jahat tu.
Memang macam itulah masalah budak baik, budak takut dosa ini. Macam cerita barshisah kan. Itu pasal saya takut nak mengata orang sebelah sana yang sebelum ni dikata-kata menggedik mengalahkan pelacur tu. Nauzubillah. Ya Allah, takut, kalau dibalikkan pada kitalah pula, sebab bila kita dah kenal dan bercampur dengan mereka, ramai gak yang masih anak dara dan hanya pecah dara selepas nikah. Orang kata tau batas. Limit. Analoginya macam orang dah selalu pandu kereta laju, mereka pandai control, berbanding kita yang tak pernah, sekali laju terus masuk gaung. Hah!
Mestilah mereka peningkan. Kenapa pula saya sangat, macam yakin jah Anwar masuk sungai Buluh? He he he… Zaid tukan jahat. Orang katalahkan, orang jahat ni kalu tak dapat tanduk, telinga pun aku dapat pulas pun jadilah. Zaidkan ramai kawan kat Bar Council. Memanglah Anwar ramai kawan di Amerika, tapi sekuat-kuat kawan di Amerika, mereka tu jauh. Bar Council lagi dekat. Zaid plus Chua Jui Meng, bebila jah mereka boleh sumbat Anwar dalam Sungai Buluh, kalu tak sumbat dalam sungai buluh pun, saya yakin pengalaman Chua Jui Meng di Kementerian Kesihatan, boleh bikin Anwar jadi orang gila.
Apa-pun kita tengok sajahlah sapa yang menang nanti. Apa pendirian Anwar? Saya ini dispite jadi batu api bako darah abang-abang sepupu saya, dispite kebimbangan saya, kalau saya ada kuasa pun saya tidak akan sesama sekali akan bikin sesuatu yang merosakkan Pakatan Pembangkang. Inikan pula saya yang memang tak ada apa-apa pun, cuma ada minat suka-suka perhati dan menyakat abang-abang saya saja.
Friday, September 10, 2010
Main Patung-Patung
Mak cakap suami Mak Nana saya yang kerja kat Muzium itu sebenarnya tugas hakikinya adalah sebagai “tukang” tapi sebab dia pandai main wayang kulit, pihak Muzium pun kasilah dia main kat sana. Sebagai seorang tok dalang, suami Mak Nana juga pandai bikin patung wayang kulit. Antara patung yang paling glemer ialah Sita dan Rama.
Saya tak pernah tengok dia membuat patung ini, tapi mak cakap patung itu diperbuat dari kulit lembu. Kita masa itu sangat taksub percaya pembuat patung adalah kerja orang kafir. Mak pula perpendirian, yang penting tuhan perut. Dah itu aje yang dia pandai dan minat, serta dapat tingkatkan ekonomi rumah-tangga dia, syrik-tak-syrik, mostly kita tak berapa memperhalusinya sangat-sangat.
Orang alim ulamak, ramai pengikut, bulehlah keluar hukum itu hukum ini. Mereka pun tak pernah tinggal di tempat setinggan macam kami, mana mungkin mereka akan dapat faham keadaan kami? Saya bukan suruh tukar hukum, tapi saya rasa, mak rasa tak salah kalau kita menghormati seorang tukang buat patung wayang kulit selayaknya. Masa kat kampung Kerinchi tu Mak Nanalah yang banyak bantu mak, jadi tak de sebab untuk mak nak tak nak berkawan dan bercampur gaul dengan keluarga Pak Hassan dan Mak Nana. Lagi pun kalu mak memasak dan cuci kain, anak-anak mereka jugalah sering bantu layan saya. Petang-petang hari mereka selalu ambil saya, bawa pulang ke rumah mereka. Tak pernah terlintas langsung dalam benak yang Allah murkakan kita pasal benda alah ni.
Ok berbalik pasal patung tadi, saya teringat masa kecil-kecil dulu. 2 dari anak arwah pak-ngah saya dikurnai bakat melukis yang amat tinggi. Tapi sebab kita anak orang alim, anak guru Quran, bakat Uda, atau saya panggil Bangde dan Ateh saya tak timbul pun. Uda sekarang kerja buat rumah, kalau ada projek oklah kalau tak berjimat-jimatlah, but so far so good, walau tak kaya dan ternama. Saya fikir kalau dulu masa kekecik bakat Bangde ini di asah, pasti hari ini dia dah jadi pelukis terkenal. Akcelinya bukan pasal Bangde itu anak cikgu mengaji, tapi pasal kita miskin, kita tak de duit nak beli peralatan melukis yang canggih-canggih.
Seingat saya Pak Ngah tak pernah larang kami melukis. Dalam ramai-ramai sepupu tu sayalah yang paling “kaya” dengan peralatan melukis. Saya anak tunggal, dan cucu pertama pula bagi sebelah ibu. Family sebelah sana yang tinggal di Singapura, suka sangat bagi hadiah pencil colour. Mind you masa saya kecil, pencil colour adalah bahan mewah tuuuhhh. Kalu masa pendidikan seni kita pakai kaler serbuk yang cikgu bagi percuma. Barang mewah, ka? Nak kata mahal taklah juga, tapi sebab kita duduk kampung agaknya, tak de supplier. Orang kampung apa jadah nak pakai pencil colournya. Kertas lukisan pun tak ada. Hanya bila saya dah naik sekolah menengah barulah benda-benda ini ada dijual di kedai-kedai runcit di kampung saya. Masa Bangde dan Ateh kecik-kecik memang benda-benda itu semua tak ada.
Pak ngah tak pernah larang kita main patung-patung. Paling kita suka masa kecil-kecil ialah main patung kertas yang ada macam-macam baju buleh tukar-tukar. Ateh yang sangat pandai melukis ini akan melukis lebih banyak lagi fesyen-fesyen baju yang canggih-canggih. Masa tu Ateh dah anak dara sunti dah…dah masuk Kolej Islam Kelanglah kalau tak salah kita. Kita akan suruh dia lukis baju-baju sama ada dari cerita fairy tale yang kita tengok kat TV. Ada baju snow whitelah, Repunzellah…baju kurung pun ada juga yang Ateh cipta sendiri.
Saya fikir kalau kita kaya, agaknya hari ini Ateh dah jadi Fesyen Designer yang terkenal, tapi Ateh jadi lawyer yang taklah terkenal macam Karpal Singh, tapi kira dia jadilah juga seorang family member yang kita semua kagumi dan menjadi idola kita-kita yang kemudian-kemudian ini. Kita sangat kagum dengan dia sebab dia mampu berdikari dan ada firm sendiri.
Cerita pasal patung tadi, offcourselah kita akan bawa patung kita dan baju-baju ke sekolah. Mestilah budak-budak perempuan kat sekolah tu jeleslahkan. Kita semua suka sangat main patung-patung kertas ini, semua girls dalam kelas saya ada patung mereka sorang satu. Bermain patung ini dah jadi macam benda yang paling siok sangat dalam dunia ini, until one day one of our friends kata main patung ini tak elok. Sapa simpan patung, nanti patung itu minta nyawa. Alamak takutnya. Tapi dia bagi solution, dia kata “kalu ko tak nak dia minta nyawa ko, ko kelarlah kat leher dia.” Biasa patung ini diperbuat dari kertas yang agak keras, tapi bila dah kena kelar terpeleotlah patung kita tu ha ha ha…ntah apa-apa tah.
Mak cik saya kesihan tengok kita-kita sedih sebab patung kita dah terpeleot, Mak Cik suruh kita tampalkan patung tu pada kotak kasut, bagi lagi tebal dan keras patung tu. Tapi dah tak cantik lagi sebab lehernya dah di kelar-kelar. Kita pun ntah, masa tu dah tak mau main patung-patung lagi, kita dah ada permainan baru yang in thing masa tu, iaitu kumpul bendera Mammi Monster he he he…
Saya tak pernah tengok dia membuat patung ini, tapi mak cakap patung itu diperbuat dari kulit lembu. Kita masa itu sangat taksub percaya pembuat patung adalah kerja orang kafir. Mak pula perpendirian, yang penting tuhan perut. Dah itu aje yang dia pandai dan minat, serta dapat tingkatkan ekonomi rumah-tangga dia, syrik-tak-syrik, mostly kita tak berapa memperhalusinya sangat-sangat.
Orang alim ulamak, ramai pengikut, bulehlah keluar hukum itu hukum ini. Mereka pun tak pernah tinggal di tempat setinggan macam kami, mana mungkin mereka akan dapat faham keadaan kami? Saya bukan suruh tukar hukum, tapi saya rasa, mak rasa tak salah kalau kita menghormati seorang tukang buat patung wayang kulit selayaknya. Masa kat kampung Kerinchi tu Mak Nanalah yang banyak bantu mak, jadi tak de sebab untuk mak nak tak nak berkawan dan bercampur gaul dengan keluarga Pak Hassan dan Mak Nana. Lagi pun kalu mak memasak dan cuci kain, anak-anak mereka jugalah sering bantu layan saya. Petang-petang hari mereka selalu ambil saya, bawa pulang ke rumah mereka. Tak pernah terlintas langsung dalam benak yang Allah murkakan kita pasal benda alah ni.
Ok berbalik pasal patung tadi, saya teringat masa kecil-kecil dulu. 2 dari anak arwah pak-ngah saya dikurnai bakat melukis yang amat tinggi. Tapi sebab kita anak orang alim, anak guru Quran, bakat Uda, atau saya panggil Bangde dan Ateh saya tak timbul pun. Uda sekarang kerja buat rumah, kalau ada projek oklah kalau tak berjimat-jimatlah, but so far so good, walau tak kaya dan ternama. Saya fikir kalau dulu masa kekecik bakat Bangde ini di asah, pasti hari ini dia dah jadi pelukis terkenal. Akcelinya bukan pasal Bangde itu anak cikgu mengaji, tapi pasal kita miskin, kita tak de duit nak beli peralatan melukis yang canggih-canggih.
Seingat saya Pak Ngah tak pernah larang kami melukis. Dalam ramai-ramai sepupu tu sayalah yang paling “kaya” dengan peralatan melukis. Saya anak tunggal, dan cucu pertama pula bagi sebelah ibu. Family sebelah sana yang tinggal di Singapura, suka sangat bagi hadiah pencil colour. Mind you masa saya kecil, pencil colour adalah bahan mewah tuuuhhh. Kalu masa pendidikan seni kita pakai kaler serbuk yang cikgu bagi percuma. Barang mewah, ka? Nak kata mahal taklah juga, tapi sebab kita duduk kampung agaknya, tak de supplier. Orang kampung apa jadah nak pakai pencil colournya. Kertas lukisan pun tak ada. Hanya bila saya dah naik sekolah menengah barulah benda-benda ini ada dijual di kedai-kedai runcit di kampung saya. Masa Bangde dan Ateh kecik-kecik memang benda-benda itu semua tak ada.
Pak ngah tak pernah larang kita main patung-patung. Paling kita suka masa kecil-kecil ialah main patung kertas yang ada macam-macam baju buleh tukar-tukar. Ateh yang sangat pandai melukis ini akan melukis lebih banyak lagi fesyen-fesyen baju yang canggih-canggih. Masa tu Ateh dah anak dara sunti dah…dah masuk Kolej Islam Kelanglah kalau tak salah kita. Kita akan suruh dia lukis baju-baju sama ada dari cerita fairy tale yang kita tengok kat TV. Ada baju snow whitelah, Repunzellah…baju kurung pun ada juga yang Ateh cipta sendiri.
Saya fikir kalau kita kaya, agaknya hari ini Ateh dah jadi Fesyen Designer yang terkenal, tapi Ateh jadi lawyer yang taklah terkenal macam Karpal Singh, tapi kira dia jadilah juga seorang family member yang kita semua kagumi dan menjadi idola kita-kita yang kemudian-kemudian ini. Kita sangat kagum dengan dia sebab dia mampu berdikari dan ada firm sendiri.
Cerita pasal patung tadi, offcourselah kita akan bawa patung kita dan baju-baju ke sekolah. Mestilah budak-budak perempuan kat sekolah tu jeleslahkan. Kita semua suka sangat main patung-patung kertas ini, semua girls dalam kelas saya ada patung mereka sorang satu. Bermain patung ini dah jadi macam benda yang paling siok sangat dalam dunia ini, until one day one of our friends kata main patung ini tak elok. Sapa simpan patung, nanti patung itu minta nyawa. Alamak takutnya. Tapi dia bagi solution, dia kata “kalu ko tak nak dia minta nyawa ko, ko kelarlah kat leher dia.” Biasa patung ini diperbuat dari kertas yang agak keras, tapi bila dah kena kelar terpeleotlah patung kita tu ha ha ha…ntah apa-apa tah.
Mak cik saya kesihan tengok kita-kita sedih sebab patung kita dah terpeleot, Mak Cik suruh kita tampalkan patung tu pada kotak kasut, bagi lagi tebal dan keras patung tu. Tapi dah tak cantik lagi sebab lehernya dah di kelar-kelar. Kita pun ntah, masa tu dah tak mau main patung-patung lagi, kita dah ada permainan baru yang in thing masa tu, iaitu kumpul bendera Mammi Monster he he he…
Tuesday, September 7, 2010
TULAH KATURAH???
Jinx!!! itulah dia hari-hari terakhir Ramadhan ni, terlepas sebanyak 2 kali. I wake-up dah, but tengok jam baru pukul 3, tidur lagi, terus 6.30 baru sedar..hai memang suweh. Then I got to re adjust a bit on my Business Law Assignment, not my fault, but when it come to team-work, one member of the team flop, it affecting the overall performance of the group. Disadvantage huh! but then still no man/woman is an island. The benefit of teamwork far out weight it's cost. Orang kata TULAH iyalah tuuuhhh kut...
TULAH apa ye? I've make such a horrible comment on the artikel wrote by one of ex-MASB. Incase you don't know the significant, of being one of the member of the board. Ok I don't want to eleborate so much, enuf if I say there's only 8 of them in Malaysia. Actually 6 aje, because no 1 is the chairman, no 2 is the accountant general, so that is to say the member is among the best 6 in financial reporting field who must also possess a sound knowladge and experience in one or more in the field of Business, Law and banking.
Let see I write, that make me feel that now I'm experiencing TULAH SACRED KATURAH ini:-
a. IFRS for agriculture
The author is of the opinion, of, irregularities in IFRS in asset valuation for agriculture is not favoring those in agriculture industries when it’s come to value the assets. 3 month palm oil will not going to be the same as 3 years oil palm. The owner should be given a choice whether to record these increase as an equity or income like as allowed in other industries, but in the case of agriculture, IFRS only allowed the increase to be classified as income that hit the Profit and Loss Account. I believe in agriculture, the increase should be treated as capital in nature. As if taking care of the trees such as weeding, fertilizing the crops is like you doing a renovation to your assets. Why want to chose-chose, so that the Financial Statement looks good for public listing in KLSE board?
b. Real estate sales
Different treatment in recognizing sales in real estate will cause a problem to the developer in Malaysia as they used to recognize sales based from progressive payment. Whereas when we have to adopt IFRS in 2011, sales is recognize when the project is completed. As young consumer who are still looking for batter home like me, I am very much agree with IFRS treatment, the author don’t feel the same. I don’t want to know why.. Honestly, I strongly disagree with him on this point.
c. IFRS can be Western-centric
I certainly don’t know what is these fellow is talking about. By stating 2 points, real estate sales and agricultural asset valuation doesn’t really convince me that the IFRS can be Western-centeric. He should gives more concrete evidence, more persuasive argument to support his claim. Otherwise he’s lowering himself to a complete idiot who carrying personal grudge against what is come from the west.
True, I strongly believe there’s many room of improvement for IFRS, when it’s come to geographical, demographical differences. However when you put a strong point like IFRS can be Western-centeric, make sure you make yourself smatter, more meticulous then the IFRS. Honestly I do have a problem try to understand what is this Nordin trying to convey to the reader. Is he want to attack us, Malaysian for being slow like a tortoise in responding to changes in New Accounting Standard or he wants to attack the IFRS for kunun-kunun not sensitive for differences in developing country like Malaysia.
I feel like asking this Nordin writing the whole article all over again.
*****
I wrote this and submit it to my lecturer, I don't care nak fail-faillah malas aku nak fikir dah. I don't like wat he write...I believe MASB should do their level best to promote the International Standard. Not only MASB, but all certified Public Accountant should help MASB in it's mission. I believe the geographical differences is minimal and shouldn't be an issue, when it come to Financial Reporting.
Ada banyak lagi aku nak menceceh ni, tapi tunggu aku listed dulu.
TULAH apa ye? I've make such a horrible comment on the artikel wrote by one of ex-MASB. Incase you don't know the significant, of being one of the member of the board. Ok I don't want to eleborate so much, enuf if I say there's only 8 of them in Malaysia. Actually 6 aje, because no 1 is the chairman, no 2 is the accountant general, so that is to say the member is among the best 6 in financial reporting field who must also possess a sound knowladge and experience in one or more in the field of Business, Law and banking.
Let see I write, that make me feel that now I'm experiencing TULAH SACRED KATURAH ini:-
a. IFRS for agriculture
The author is of the opinion, of, irregularities in IFRS in asset valuation for agriculture is not favoring those in agriculture industries when it’s come to value the assets. 3 month palm oil will not going to be the same as 3 years oil palm. The owner should be given a choice whether to record these increase as an equity or income like as allowed in other industries, but in the case of agriculture, IFRS only allowed the increase to be classified as income that hit the Profit and Loss Account. I believe in agriculture, the increase should be treated as capital in nature. As if taking care of the trees such as weeding, fertilizing the crops is like you doing a renovation to your assets. Why want to chose-chose, so that the Financial Statement looks good for public listing in KLSE board?
b. Real estate sales
Different treatment in recognizing sales in real estate will cause a problem to the developer in Malaysia as they used to recognize sales based from progressive payment. Whereas when we have to adopt IFRS in 2011, sales is recognize when the project is completed. As young consumer who are still looking for batter home like me, I am very much agree with IFRS treatment, the author don’t feel the same. I don’t want to know why.. Honestly, I strongly disagree with him on this point.
c. IFRS can be Western-centric
I certainly don’t know what is these fellow is talking about. By stating 2 points, real estate sales and agricultural asset valuation doesn’t really convince me that the IFRS can be Western-centeric. He should gives more concrete evidence, more persuasive argument to support his claim. Otherwise he’s lowering himself to a complete idiot who carrying personal grudge against what is come from the west.
True, I strongly believe there’s many room of improvement for IFRS, when it’s come to geographical, demographical differences. However when you put a strong point like IFRS can be Western-centeric, make sure you make yourself smatter, more meticulous then the IFRS. Honestly I do have a problem try to understand what is this Nordin trying to convey to the reader. Is he want to attack us, Malaysian for being slow like a tortoise in responding to changes in New Accounting Standard or he wants to attack the IFRS for kunun-kunun not sensitive for differences in developing country like Malaysia.
I feel like asking this Nordin writing the whole article all over again.
*****
I wrote this and submit it to my lecturer, I don't care nak fail-faillah malas aku nak fikir dah. I don't like wat he write...I believe MASB should do their level best to promote the International Standard. Not only MASB, but all certified Public Accountant should help MASB in it's mission. I believe the geographical differences is minimal and shouldn't be an issue, when it come to Financial Reporting.
Ada banyak lagi aku nak menceceh ni, tapi tunggu aku listed dulu.
Monday, September 6, 2010
Nikah Misyar???
Saya ada terbaca artikel yang sangat mengarut, tapi bila kita tengok pula sapa yang menulisnya, kita akan gelak-gelak saja dan kata “sah gila”. Ia ditulis oleh seorang penulis yang taklah hensem, tak taulah masa muda hensem kut. Muka mix mat sallehlah…kalu dia nak mengaku dia Syed, pun pasti ko percaya. Muka merekakan agak hampir-hampir sama. Mana tak sama mereka tu baik Yahudi, Nasrani semuakan berbapakan Ibrahim.
Berbalik pasal cerita gila ni. Penulis ni kata pernah satu ketika dia terdorong nak tukar nama dia pada Syed, atau nak menyamar jadi Syed sebab katanya orang melayu ada yang bodoh meng”offer” anak dara sendiri untuk ditiduri oleh Syed-Syed ini untuk mendapat keberkatan keturunan Syed ini. Aduh hampir nak terpecah perut juga mengenangkan cerita gila ini.
Adakah Melayu begitu gila dan bodoh? Adakah Syed ini terlalu rakus nafsu mereka, pantang di”tawar”kan dengan anak dara? Kalu macam itulah baik buang aje title Syed tuuuhhhh…alamak. Tak kisahlah yang tulis tu pun orang dah kata kaki fitna. Saya belum cerita hal ini lagi kepada kawan Cina saya yang bernamakan kristien tapi masih taat menganggkat colok menyembah roh nenek moyang. Tapi sebab dialah satu-satu teman-bual paling rapat dengan saya, saya dah boleh agak dah apa akan dia kata. Dia mesti percaya punya cerita penulis gila ni. Bukan, bukan sebab dia DAP toto’, bukan, bukan pasal itu.
Sebab dia selalu cerita pada saya pasal Maharaja Cina dan gundik-gundiknya. Kawan saya kata memang di Negara China sana, masa zaman fudal beraja dulu memang ada ibu bapa yang mau anak perempuan menjadi gundik. Bila dah ramai sangat gundik, mereka berperang sesama sendiri nak jadi permaisuri, itu pasallah Kerajaan Beraja China dapat dikalahkan oleh Kuasa Rakyat Komunis. Ntahlah tapi kita orang Melayu, kita orang Islam. Takkanlah sampai begitu sekali despratenya mak-bapak kita, takkanlah sampai begitu tipisnya iman tuan-tuan Syed kita? Ntahlah banyak sangat makan dan minum agaknya, walau setan dah kena belenggu, nafsu pula lebih jahat dari setan…tetibah jah datang pula fikiran merapik-meraban pula cerita pasal nikah misyar, nikah mutaah dan semua-semua sekali tu.
Ha ha ha….dunnu,….dunnu wat to think.
At one time memang saya sangat approve nikah misyar ni, tapi lately saya fikir mengarut aje. Macam manalah saya buleh termakan dengan hujah-hujah akan kewajaran nikah misyar itu? Kalau nak seronok-seronok, nak menghalalkan yang haram, bulehlah, tapi kalu sampai terbunting macam mana? Cepat-cepat buang as I believe kids need both mom and dad. Kids, especially girls need their father. What you gonna tell her is she start asking about her dad? I’m sure our future little princess will gonna be the very the upset, or even hate you if you tell her the truth, that she’s a product of nikah misyar.
I dunnolah yang menjuarakan nikah misyar ini mestilah seorang yang gila. Eh bukan, dia tak gila, tapi sebab dia lelaki, jadi dia tidak dapat berempati dengan perasaan budak perempuan. Dia fikir semua akan ok dengan wang dan ringgit. Dia tak tau budak perempuan tak perlu wang yang banyak, mereka hanya perlukan ayah dan ibu yang boleh dibanggakan untuk menemani mereka sebelum mereka bertemu mereka punya Mr Right.
ii)
Semasa dalam bilik persalinan kolam renang, masa saya ke kelas renanglah. Saya menyampuk cakap-cakap dua orang perempuan yang lebih tua dari saya, biji butir cakapnya begini:-
A: Rajin ko belajar lagi,
B: ala dekat sini aje, depan ni open U, boring, anak dah besar-besar
A: iya tak iye jugak ek, kalu zaman dulu kita tanya mak ko kije apa, budak ni jam dah pandai tanya mak ko ada apa?
Saya buat lawak, “nenek saya ada phd”
A: betul apa, kalu budak sebaya ko ni memang ada yang neneknya phdkan.
Mereka memang fikir saya baru berumur 20’an
Berbalik pasal cerita gila ni. Penulis ni kata pernah satu ketika dia terdorong nak tukar nama dia pada Syed, atau nak menyamar jadi Syed sebab katanya orang melayu ada yang bodoh meng”offer” anak dara sendiri untuk ditiduri oleh Syed-Syed ini untuk mendapat keberkatan keturunan Syed ini. Aduh hampir nak terpecah perut juga mengenangkan cerita gila ini.
Adakah Melayu begitu gila dan bodoh? Adakah Syed ini terlalu rakus nafsu mereka, pantang di”tawar”kan dengan anak dara? Kalu macam itulah baik buang aje title Syed tuuuhhhh…alamak. Tak kisahlah yang tulis tu pun orang dah kata kaki fitna. Saya belum cerita hal ini lagi kepada kawan Cina saya yang bernamakan kristien tapi masih taat menganggkat colok menyembah roh nenek moyang. Tapi sebab dialah satu-satu teman-bual paling rapat dengan saya, saya dah boleh agak dah apa akan dia kata. Dia mesti percaya punya cerita penulis gila ni. Bukan, bukan sebab dia DAP toto’, bukan, bukan pasal itu.
Sebab dia selalu cerita pada saya pasal Maharaja Cina dan gundik-gundiknya. Kawan saya kata memang di Negara China sana, masa zaman fudal beraja dulu memang ada ibu bapa yang mau anak perempuan menjadi gundik. Bila dah ramai sangat gundik, mereka berperang sesama sendiri nak jadi permaisuri, itu pasallah Kerajaan Beraja China dapat dikalahkan oleh Kuasa Rakyat Komunis. Ntahlah tapi kita orang Melayu, kita orang Islam. Takkanlah sampai begitu sekali despratenya mak-bapak kita, takkanlah sampai begitu tipisnya iman tuan-tuan Syed kita? Ntahlah banyak sangat makan dan minum agaknya, walau setan dah kena belenggu, nafsu pula lebih jahat dari setan…tetibah jah datang pula fikiran merapik-meraban pula cerita pasal nikah misyar, nikah mutaah dan semua-semua sekali tu.
Ha ha ha….dunnu,….dunnu wat to think.
At one time memang saya sangat approve nikah misyar ni, tapi lately saya fikir mengarut aje. Macam manalah saya buleh termakan dengan hujah-hujah akan kewajaran nikah misyar itu? Kalau nak seronok-seronok, nak menghalalkan yang haram, bulehlah, tapi kalu sampai terbunting macam mana? Cepat-cepat buang as I believe kids need both mom and dad. Kids, especially girls need their father. What you gonna tell her is she start asking about her dad? I’m sure our future little princess will gonna be the very the upset, or even hate you if you tell her the truth, that she’s a product of nikah misyar.
I dunnolah yang menjuarakan nikah misyar ini mestilah seorang yang gila. Eh bukan, dia tak gila, tapi sebab dia lelaki, jadi dia tidak dapat berempati dengan perasaan budak perempuan. Dia fikir semua akan ok dengan wang dan ringgit. Dia tak tau budak perempuan tak perlu wang yang banyak, mereka hanya perlukan ayah dan ibu yang boleh dibanggakan untuk menemani mereka sebelum mereka bertemu mereka punya Mr Right.
ii)
Semasa dalam bilik persalinan kolam renang, masa saya ke kelas renanglah. Saya menyampuk cakap-cakap dua orang perempuan yang lebih tua dari saya, biji butir cakapnya begini:-
A: Rajin ko belajar lagi,
B: ala dekat sini aje, depan ni open U, boring, anak dah besar-besar
A: iya tak iye jugak ek, kalu zaman dulu kita tanya mak ko kije apa, budak ni jam dah pandai tanya mak ko ada apa?
Saya buat lawak, “nenek saya ada phd”
A: betul apa, kalu budak sebaya ko ni memang ada yang neneknya phdkan.
Mereka memang fikir saya baru berumur 20’an
Sunday, September 5, 2010
K U D U S
Kan saya kata saya lebih suka cerita magis tanah kita dari cerita magis Tanah Nabi. Cerita magis yang paling saya suka dan selalu nenek ulang-ulang ialah cerita Puteri Bongsu. Kalu sepupu-sepupu lain baca catatan ini mungkin dia kata saya berangan. Mana nenek ada cerita apa-apa?
Atau ada, tapi sayakan suka siok sendiri, perasan nenek cerita kat saya sorang aje. Tak kisahlah. Tapi cerita puteri bongsu ini memang nenek selalu ulang-ulang sebagai pengajaran kepada saya yang suka tengok TV dan dengar radio, belajar pun nak tak nak aje buat home work depan TV. Mak balik kije kilang, semak balik kerja sekolah saya, marah-marah, sebab banyak salah eja. Nenek pun mulalah, menjalankan misi menyimbah minyak petrol ke api. “dia memang macam itu, mana kerja dia ada nak betul, kalu buat kerja sekolah depan TV”. Siaplah ko, dari beberan, dapat lebam kat peha, kena cubit.
Nenek, cerita suami puteri bongsu tu pemalas. Dahlah curi baju dia, lepas tu simpan dalam tempayan beras. Dah makin lama kawen dah muak agaknya, mulalah main ayam sabung dan berfoya-foya. Bila berfoya-foya itu, maka lalailah dia akan keperluan rumahtangganya, sehingga beras pun makin susut-susut-susut tidak ber”top” up. Penghabisan cerita bila dan paras beras sampai pada dasar tempayan, tentulah Puteri akan jumpa bali baju sakti dia. Dia pun rindulah kat mak ayah dia di kayangan sana, terus pakai baju tu dan terbang balik kampung dia. Raya-raya ni kan.
Moralnya, orang yang suka berhendak tak nak ini aje, diberikan tuah, diberikan benda sakti yang terbaik pun dia akan lalai dan mengalami kerugian yang teramat. Dia lebih suka berfoya-foya dan melayan kehendak nafsu dari menumpukan sepenuh perhatian dalam menunaikan tanggung jawabnya.
Setiap cerita ada pengajarannya. Kita rasa setiap cerita walau di luar batas logika ada kisah yang mau di sampai. Tapi itulah kita ada lebih banyak lagi cerita dari Tanah Arab yang lebih hebat. Memang kita suka cerita kita, tapi bila kita dah masuk Islam, saya kira kita perlu bercerita lebih akan cerita-cerita Tanah Arab sana. Kita rasa tak siok.
Bila saya rasa tak siok, saya fikir balik, apa rasa muallaf yang terpaksa meninggalkan lebih banyak lagi kesukaan-kesukaan mereka. Kita di Malaya ini lebih sadis, bila orang tu masuk Melayu jah, langsung ama, apa pun dia dah terus tak boleh ingat. Itulah ceriteranya. Dalam hidup ni agaknya, memang ada certain orang yang terpaksa membuat pilihan yang sukar, melepaskan sesuatu yang disukai dan disayangi demi kesejahteraan hidup masa depan. Saya hanya perlu melepaskan cerita-cerita dongeng nenek-nenek saya saja, tapi bayangkanlah saudara muallaf kita yang terpaksa bercerai kasih dengan mak ayah mereka demi cinta kepada agama baru mereka.
I do make Islam so ugly and so cruel eh. But I believe kita mesti mengkorbankan sesuatu demi pembuktian cinta, macam Ibrahim yang mengorbankan Ismail. Look at the Hindu, cucuk sana-sini angkat kavadi, have you ever wonder things that they have to sacrifice to enable them to carry such weight? How about our Monk, Priest and Nun? At a certain point of their life, they’ve make a very difficult choice as they believe GOD won’t let them down. Itulah hakikat dalam mencari kekudusan dalam beragama.
Atau ada, tapi sayakan suka siok sendiri, perasan nenek cerita kat saya sorang aje. Tak kisahlah. Tapi cerita puteri bongsu ini memang nenek selalu ulang-ulang sebagai pengajaran kepada saya yang suka tengok TV dan dengar radio, belajar pun nak tak nak aje buat home work depan TV. Mak balik kije kilang, semak balik kerja sekolah saya, marah-marah, sebab banyak salah eja. Nenek pun mulalah, menjalankan misi menyimbah minyak petrol ke api. “dia memang macam itu, mana kerja dia ada nak betul, kalu buat kerja sekolah depan TV”. Siaplah ko, dari beberan, dapat lebam kat peha, kena cubit.
Nenek, cerita suami puteri bongsu tu pemalas. Dahlah curi baju dia, lepas tu simpan dalam tempayan beras. Dah makin lama kawen dah muak agaknya, mulalah main ayam sabung dan berfoya-foya. Bila berfoya-foya itu, maka lalailah dia akan keperluan rumahtangganya, sehingga beras pun makin susut-susut-susut tidak ber”top” up. Penghabisan cerita bila dan paras beras sampai pada dasar tempayan, tentulah Puteri akan jumpa bali baju sakti dia. Dia pun rindulah kat mak ayah dia di kayangan sana, terus pakai baju tu dan terbang balik kampung dia. Raya-raya ni kan.
Moralnya, orang yang suka berhendak tak nak ini aje, diberikan tuah, diberikan benda sakti yang terbaik pun dia akan lalai dan mengalami kerugian yang teramat. Dia lebih suka berfoya-foya dan melayan kehendak nafsu dari menumpukan sepenuh perhatian dalam menunaikan tanggung jawabnya.
Setiap cerita ada pengajarannya. Kita rasa setiap cerita walau di luar batas logika ada kisah yang mau di sampai. Tapi itulah kita ada lebih banyak lagi cerita dari Tanah Arab yang lebih hebat. Memang kita suka cerita kita, tapi bila kita dah masuk Islam, saya kira kita perlu bercerita lebih akan cerita-cerita Tanah Arab sana. Kita rasa tak siok.
Bila saya rasa tak siok, saya fikir balik, apa rasa muallaf yang terpaksa meninggalkan lebih banyak lagi kesukaan-kesukaan mereka. Kita di Malaya ini lebih sadis, bila orang tu masuk Melayu jah, langsung ama, apa pun dia dah terus tak boleh ingat. Itulah ceriteranya. Dalam hidup ni agaknya, memang ada certain orang yang terpaksa membuat pilihan yang sukar, melepaskan sesuatu yang disukai dan disayangi demi kesejahteraan hidup masa depan. Saya hanya perlu melepaskan cerita-cerita dongeng nenek-nenek saya saja, tapi bayangkanlah saudara muallaf kita yang terpaksa bercerai kasih dengan mak ayah mereka demi cinta kepada agama baru mereka.
I do make Islam so ugly and so cruel eh. But I believe kita mesti mengkorbankan sesuatu demi pembuktian cinta, macam Ibrahim yang mengorbankan Ismail. Look at the Hindu, cucuk sana-sini angkat kavadi, have you ever wonder things that they have to sacrifice to enable them to carry such weight? How about our Monk, Priest and Nun? At a certain point of their life, they’ve make a very difficult choice as they believe GOD won’t let them down. Itulah hakikat dalam mencari kekudusan dalam beragama.
Saturday, September 4, 2010
Hindula tu.....
Kawan Facebook yang terwat ah ter”tawan”??? terpaut dengan Hikayat cerita cinta tiga segi antara Rama&Sita dan Rahvana gila bayang, siok sendiri dok curi bini orang, mempersoalkan tentang aprisiasi seni masyarakat kita yang rendah, sebab masa dia tengok cerita tu tak ramai orang kita yang tengok sama, cuma ramai pelancong saja. Saya tidak setuju jika dia cakap macam itu. Ada sebabnya kenapa kita menjauhi Rama & Sita.
Kawan orang Borneo sana, mungkin dia tidak tahu kami di Semenanjung ini mengalami satu penyakit fobia. Fobiakan agama orang lain. Takkanlah kawan tak tau Cerita Rama&Sita bersumberkan dari Kitab Mahabatra yang kita kat sini kata Kitab tersebut samalah macam kitab Bible. Mungkin jika anda di Sabah atau Sarawak sana, tak ada sapa yang akan kisah kalau anda leka, ralit menyelak helai demi helai Bible. Kawan mungkin tak pernah tahu apa hukumannya di sini, kalau orang Islam baca bible. Inikan pula membaca Mahabatra. “Usih, dah buang tebiat apa? Kok iye frust menonggeng pun, takkan sampai nekad nak jadi sami kelinglah pulak ko?”…he he he.
Dulu-dulu saya pernah juga berangan nak hasilkan buku kanak-kanak cerita Malim Deman, Malim Dewa. Part yang makan-makan tulah, part kenduri kawen. Mak kata kerak nasi jah membusut sebanyak 7 busut jantan. Tu baru kerak nasi. Mak dan nenek cerita macam-macam barang yang semuanya berjumlah 7, 7, 7….tapi part yang kerak nasi 7 busut jantan itu sajalah yang saya ingat sampai hari ini. Saya adalah antara jutaan rakyat Malaysia yang Obsesskan Nasi, padi dan beras.
Apabila saya besar sikit, bila sudah pandai membaca , kisah-kisah dongeng rakyat sudah tidak ada dalam kepala lagi. Saya mula mengenal Sir Isac Newton, Alexander Graham Bell, dan ramai lagilah. Tapi tak boleh lawan The Osmond, The Jackson 5, Queenary M, The Cepanters. Lagi pun cikgu sekolah agama kata kita sudah Islam dan harap lupakan saja cerita lama tok nenek kita zaman Raja-raja Hindu dulu. Islam lagi ada banyak cerita magis. Ada Umar Al Khatab, ada Abu Bakar, ada Ali, ada Othman dan sudah tentulah ada Nabi junjungan Besar kita Muhammad S.A.W.
Ntahlah heh, ntahlah bukan saya tak suka hero Islam, ntahlah saya ni dah gila kut….banyak tengok cerita Hindustanlah tu. Lebih-lebih lagi bila saya dengar kunun khabar angin kata Hollywood nak bikin Rama-Sita, Ramanya itu actor Keanu Reeves, eish lagilah tiap-tiap malam saya asyik dok angaukan Rama saja. Rama, Rama, Ram. Tak delah Acah aje tu, mana ada Rama?
Saya rasa, mungkin saya rindukan nenek saya, jadi bila rindu saya mulalah teringatkan yang indak-indak, Raja bersionglah, puteri bongsu, pi mandi baju kena curilah ntah apa-apatah cerita rakyat yang ada orang bijak pandai agama kata cerita tak bagus yang boleh mencemarkan akidah kita. Kitakan dah Islam, kenapa masih ingat-ingat lagi cerita-cerita lama?
Saya memang tak boleh suka cerita tanah Arab sana melebihi cerita tanah saya sendiri tapi saya risau sebab ada ustaz kata kita mesti cinta Nabi lebih dari yang lain, termasuklah cinta Tanah Nabi, cinta cerita Nabi cerita Sahabat Nabi, cinta makanan Nabi semua-semua Nabi kalau nak masuk syurga. Betul kalau kita cinta Nabi, kita dah tak buleh cinta yang lain dari Nabi, waima Nasi kita, lauk kita, cerita dongeng kita?
Friday, September 3, 2010
KARMA???
Saya nak kirim salam kepada dia (Datuk Syed Ali Alhabshee), biar dia faham perpecahan yang berlaku atas dunia ini kerana berpunca dari golongan Syed. Semua bapa saudara Nabi adalah Syed. Ini kepala yang melawan Nabi. Jangan kata kepada saya yang membawa perpecahan. Sekarang ni, orang Arab juga pengkhianat termasuk baka Syed, biar dia faham.
NOTA TAMBAHAN
Sepuluh hari kemudian (8 November 2008) telah berkata Nik Abdul Aziz bin Nik Mat bahawa "Kira-kira pukul 1.30 pagi pada hari Khamis, saya terbangun dari tidur selepas saya merasakan terdapat darah dalam mulut saya. Ada banyak darah hingga saya tak boleh bercakap, saya jadi cemas dan kemudiannya jantung saya berdenyut kencang kerana ini pertama kali berlaku. Selepas saya dimasukkan ke hospital, saya terpaksa menjalani imbasan jantung, malah doktor telah letakkan sesuatu pada kerongkong saya tapi tiada apa-apa".
NOTA TAMBAHAN
Sepuluh hari kemudian (8 November 2008) telah berkata Nik Abdul Aziz bin Nik Mat bahawa "Kira-kira pukul 1.30 pagi pada hari Khamis, saya terbangun dari tidur selepas saya merasakan terdapat darah dalam mulut saya. Ada banyak darah hingga saya tak boleh bercakap, saya jadi cemas dan kemudiannya jantung saya berdenyut kencang kerana ini pertama kali berlaku. Selepas saya dimasukkan ke hospital, saya terpaksa menjalani imbasan jantung, malah doktor telah letakkan sesuatu pada kerongkong saya tapi tiada apa-apa".
Wednesday, September 1, 2010
Being Bio Is Hard.
Saya pun tak ingat, saya baca ka, ayah cerita ka, saya dengar kuliah ka, pasal satu cerita ini. Tapi cerita ini memang sohih. Cerita dia macam ini:-
Masa tu baru tentera Islam baru lepas perang, dan ada ramai tawanan perang. Nabi dan sahabat pun berbincang-bincang tentang apakah yang nak dibuat kepada tawanan perang yang ramai ini. Abu Bakar mencadangkan agar menerima wang tebusan diri dan dilepaskan dengan sangka baik, nanti mereka berubah dan beriman kepada Allah dikemudian hari nanti. Umar pula mencadangkan agar dibunuh saja mereka jika mereka enggan menerima Islam.
Nabi suka dan setuju dengan Abu Bakar, namun Nabi melaksanakan cadangan dari Umar kerana Allah menegur nabi, saya pun tak ingat surah apa, tapi Allah berfirman sikit lebih kurang macam inilah eh, ntahlah tak ingatlah, tapi yang saya faham dalam bahasa brutel, sarkastik. i.e dalam lenggok, bahasa membebel makcik-kakak-lebar, yang tak pergi sekolah tinggi, bukan bahasa Quran, Allah bilang sama Nabi “kalu macam ni baik ko buat bisness perang-perang aje, ko tangkap tawanan perang banyak-banyak, pastu ko minta duit tebusan, kayalah ko Muhammad, Aku pilih ko jadi bisnessman ka, rasul?” Maknanya Allah mau mereka yang sudah berlaku zalim ini dibunuh saja.
Pada hari ini memang banyak kezaliman telah berlaku, bererti, memang betullah kalau ada Ayatollah yang keluar fatwa perang. Kita secara naturenya memang tak mau membunuh, tapi dah memang itu ketetapan yang Allah berikan kepada kita. Nabi-nabi yang ada mukjizat dan dapat pertolongan Allah secara direct pun tak boleh nak dakwah orang-orang macam tu, adakah kita ini lebih hebat dari nabi-nabi junjungan kita yang sebelum-sebelum ini?
Membunuh itu memang kejam, tapi membiarkan orang zalim untuk hidup, itu lagi kejam sebenarnya. Lalu saya teringatlah pula pengalaman saya sepanjang berkerja. Saya samakan surjac tu kunun membunuh lah eh. Korang ingat ada berapa ramai penjawat awam yang cuai sudah di surjac? Sepanjang saya berkerja tak ada sorang pun.
Saya nak cerita pasal seorang pegawai kat negeri saya berkerja yang kini dah pencen pun yang memang semua tau dia memang tak ikut peraturan pun. Belanja ikut suka dia aje, sampai dia beranilah beli kereta untuk kegunaan peribadinya pakai duit peruntukan untuk program budak-budak sekolah. Orang katalah. Orang kata lagi, orang siap dah kumpul satu fail dan serahkannya di SPRM sebagai bukti kereta itu dibeli dari duit budak-budak. Semua orang menyampah, dan berdoa cepatlah dia ni mampus kalau sebut aje nama dia. Tapi penghabisannya ntah lepas macam itu aje. Hari ini dia buleh eksen dengan kereta besar dia tu. Bila orang nampak jah kereta flat no sekian-sekian-sekian, tak sikit orang yang tau dan menyumpah sambil terberong-berong muka mereka dan kata “eeeiii beli kereta duit haram”
Apa yang saya nak cakap? Kita tak “bunuh” dia. Sebenarnya ramai lagi yang kita tak “bunuh” atau kawan saya suka istilah yang lebih menggerunkan “pancung”. Nah, apakah kesannya dari perbuatan kita yang tidak memancung ini? Tengoklah hari ini, tak sikit orang kata penjawat awam ini perasuah.
Saya teringat satu masa dulu bos saya cakap macam ini “Kamu jangan fikir cikgu-cikgu yang kaya-kaya tu semua rahsuah ye. Saya ada kawan yang ada tanah kat Melaka Raya sana. Sekarang ini dia jadi jutawan kerana kerajaan ambil tanah dia” Masa dia cakap tu, saya tengah tahan liur tengok nasi himpit kuah lodeh, sambal kacang kak Rose yang sedap itu…saya pun tak masuk port, walau saya terfikir gak, kenapa orang tua ni cakap macam tu. Out of contex betul, tak de kena mengena langsung dengan topic mesyuarat atau topic perbincangan. Tapi bos saya tu memang selalu tetiba cerita yang ntah apa-apa tah. Menyindir. Adalah yang tersindir tu. Itu kes mereka. Selalunya tak ada kaitan dengan kami. Kami masuk mesyuarat pun sebab nak penuhkan korum baca yasin dan berabih sarapan pagi jemahat yang sedap-sedap tu.
Agaknya dia panas telingalah kut orang mengata cikgu rahsuah. Dah kalu kita orang peringkat bawah ni pun berani mencebik bibir, peringkat mereka ntah apa lagilah kan. Bila kita tak hukum orang macam tu, kita menzalimi perasaan orang lain. Kita buat orang lain mengumpat dan rasa panas hati, menyampah. Itu peringkat awalan. Orang akan sibuk-sibuk tanya-tanya. Lama-lama memang dah jadi macam tredmark gitu, kalau penjawat awam “lebih” sikit aje akan dikata rahsuah, atau menggelapkan wang awam.
Saya pun pernah merasa tempias bila saya sekali gus mengrenovate rumah dan membayar deposit kereta yang agak besar jugalah jumlahnya. Fitna. Lepas tu orang mulalah cakap yang bukan-bukan. Itulah dia natijahnya jika kita tak bunuh dari dulu lagi. Saya cakap macam ini bukan pasal saya dah terkena, saya tak kisahpun apa orang nak kata sebab kita ni orang Islam kita percaya yang Allah tak pernah lepas pandang. Keadilan sentiasa ada. Tapi bagaimana pula orang yang kurang pengetahuan agama dan kurang kepercayaan mereka terhadap janji Allah, atau orang yang bukan Islam. Boleh gila, boleh bunuh diri pun ada, atau pakat-pakat pakai baju T-Shirt dengan gambar setan bertanduk dan tersenyum, setan tu cakap pula “Allah is Sleeping, wat can I do to help you”
Kita harus sedar, wang awam adalah duit cukai dari mereka juga. Yang menjaga wang awam majority orang Islam. Bila orang Islam pun tak boleh jaga dengan baik, salahkah kalau orang tak respek dengan Islam? Bila kita melepaskan benda yang tak patut, kita sebenarnya membiarkan ia berlalu dengan membayar harga yang sangat tinggi. Maruah, integrity kita dan kepercayaan awam.
)* *(
Aku terbang tinggi menuju pintu langit
Tak de sapa kat sana, semua lengang
Cuma ada Syaitan yang tersenyum, memandang aku
dan berkata
“Tuhanmu sedang tidur,
Ada apa-apa yang boleh aku bantu?”
Lalu aku kata
“ko terkehelkan lidah Obama,
Dari Afganistan kepada Israel,
Ko terkehelkan juga petugas-petugas Pantagon
Meniap Afganistan jadi Israel, boleh? ”
Lalu syaitan menjawab
“apa-apa untuk ko, aku sanggup buat
Kalau ko sudi nak jadi bini aku”
“Pergi mampuslah setan,
Ko tak hensem”
Jawabku marah
dan memberikan satu tendangan padu
ke arah syaitan yang hodoh itu
Masa tu baru tentera Islam baru lepas perang, dan ada ramai tawanan perang. Nabi dan sahabat pun berbincang-bincang tentang apakah yang nak dibuat kepada tawanan perang yang ramai ini. Abu Bakar mencadangkan agar menerima wang tebusan diri dan dilepaskan dengan sangka baik, nanti mereka berubah dan beriman kepada Allah dikemudian hari nanti. Umar pula mencadangkan agar dibunuh saja mereka jika mereka enggan menerima Islam.
Nabi suka dan setuju dengan Abu Bakar, namun Nabi melaksanakan cadangan dari Umar kerana Allah menegur nabi, saya pun tak ingat surah apa, tapi Allah berfirman sikit lebih kurang macam inilah eh, ntahlah tak ingatlah, tapi yang saya faham dalam bahasa brutel, sarkastik. i.e dalam lenggok, bahasa membebel makcik-kakak-lebar, yang tak pergi sekolah tinggi, bukan bahasa Quran, Allah bilang sama Nabi “kalu macam ni baik ko buat bisness perang-perang aje, ko tangkap tawanan perang banyak-banyak, pastu ko minta duit tebusan, kayalah ko Muhammad, Aku pilih ko jadi bisnessman ka, rasul?” Maknanya Allah mau mereka yang sudah berlaku zalim ini dibunuh saja.
Pada hari ini memang banyak kezaliman telah berlaku, bererti, memang betullah kalau ada Ayatollah yang keluar fatwa perang. Kita secara naturenya memang tak mau membunuh, tapi dah memang itu ketetapan yang Allah berikan kepada kita. Nabi-nabi yang ada mukjizat dan dapat pertolongan Allah secara direct pun tak boleh nak dakwah orang-orang macam tu, adakah kita ini lebih hebat dari nabi-nabi junjungan kita yang sebelum-sebelum ini?
Membunuh itu memang kejam, tapi membiarkan orang zalim untuk hidup, itu lagi kejam sebenarnya. Lalu saya teringatlah pula pengalaman saya sepanjang berkerja. Saya samakan surjac tu kunun membunuh lah eh. Korang ingat ada berapa ramai penjawat awam yang cuai sudah di surjac? Sepanjang saya berkerja tak ada sorang pun.
Saya nak cerita pasal seorang pegawai kat negeri saya berkerja yang kini dah pencen pun yang memang semua tau dia memang tak ikut peraturan pun. Belanja ikut suka dia aje, sampai dia beranilah beli kereta untuk kegunaan peribadinya pakai duit peruntukan untuk program budak-budak sekolah. Orang katalah. Orang kata lagi, orang siap dah kumpul satu fail dan serahkannya di SPRM sebagai bukti kereta itu dibeli dari duit budak-budak. Semua orang menyampah, dan berdoa cepatlah dia ni mampus kalau sebut aje nama dia. Tapi penghabisannya ntah lepas macam itu aje. Hari ini dia buleh eksen dengan kereta besar dia tu. Bila orang nampak jah kereta flat no sekian-sekian-sekian, tak sikit orang yang tau dan menyumpah sambil terberong-berong muka mereka dan kata “eeeiii beli kereta duit haram”
Apa yang saya nak cakap? Kita tak “bunuh” dia. Sebenarnya ramai lagi yang kita tak “bunuh” atau kawan saya suka istilah yang lebih menggerunkan “pancung”. Nah, apakah kesannya dari perbuatan kita yang tidak memancung ini? Tengoklah hari ini, tak sikit orang kata penjawat awam ini perasuah.
Saya teringat satu masa dulu bos saya cakap macam ini “Kamu jangan fikir cikgu-cikgu yang kaya-kaya tu semua rahsuah ye. Saya ada kawan yang ada tanah kat Melaka Raya sana. Sekarang ini dia jadi jutawan kerana kerajaan ambil tanah dia” Masa dia cakap tu, saya tengah tahan liur tengok nasi himpit kuah lodeh, sambal kacang kak Rose yang sedap itu…saya pun tak masuk port, walau saya terfikir gak, kenapa orang tua ni cakap macam tu. Out of contex betul, tak de kena mengena langsung dengan topic mesyuarat atau topic perbincangan. Tapi bos saya tu memang selalu tetiba cerita yang ntah apa-apa tah. Menyindir. Adalah yang tersindir tu. Itu kes mereka. Selalunya tak ada kaitan dengan kami. Kami masuk mesyuarat pun sebab nak penuhkan korum baca yasin dan berabih sarapan pagi jemahat yang sedap-sedap tu.
Agaknya dia panas telingalah kut orang mengata cikgu rahsuah. Dah kalu kita orang peringkat bawah ni pun berani mencebik bibir, peringkat mereka ntah apa lagilah kan. Bila kita tak hukum orang macam tu, kita menzalimi perasaan orang lain. Kita buat orang lain mengumpat dan rasa panas hati, menyampah. Itu peringkat awalan. Orang akan sibuk-sibuk tanya-tanya. Lama-lama memang dah jadi macam tredmark gitu, kalau penjawat awam “lebih” sikit aje akan dikata rahsuah, atau menggelapkan wang awam.
Saya pun pernah merasa tempias bila saya sekali gus mengrenovate rumah dan membayar deposit kereta yang agak besar jugalah jumlahnya. Fitna. Lepas tu orang mulalah cakap yang bukan-bukan. Itulah dia natijahnya jika kita tak bunuh dari dulu lagi. Saya cakap macam ini bukan pasal saya dah terkena, saya tak kisahpun apa orang nak kata sebab kita ni orang Islam kita percaya yang Allah tak pernah lepas pandang. Keadilan sentiasa ada. Tapi bagaimana pula orang yang kurang pengetahuan agama dan kurang kepercayaan mereka terhadap janji Allah, atau orang yang bukan Islam. Boleh gila, boleh bunuh diri pun ada, atau pakat-pakat pakai baju T-Shirt dengan gambar setan bertanduk dan tersenyum, setan tu cakap pula “Allah is Sleeping, wat can I do to help you”
Kita harus sedar, wang awam adalah duit cukai dari mereka juga. Yang menjaga wang awam majority orang Islam. Bila orang Islam pun tak boleh jaga dengan baik, salahkah kalau orang tak respek dengan Islam? Bila kita melepaskan benda yang tak patut, kita sebenarnya membiarkan ia berlalu dengan membayar harga yang sangat tinggi. Maruah, integrity kita dan kepercayaan awam.
)* *(
Aku terbang tinggi menuju pintu langit
Tak de sapa kat sana, semua lengang
Cuma ada Syaitan yang tersenyum, memandang aku
dan berkata
“Tuhanmu sedang tidur,
Ada apa-apa yang boleh aku bantu?”
Lalu aku kata
“ko terkehelkan lidah Obama,
Dari Afganistan kepada Israel,
Ko terkehelkan juga petugas-petugas Pantagon
Meniap Afganistan jadi Israel, boleh? ”
Lalu syaitan menjawab
“apa-apa untuk ko, aku sanggup buat
Kalau ko sudi nak jadi bini aku”
“Pergi mampuslah setan,
Ko tak hensem”
Jawabku marah
dan memberikan satu tendangan padu
ke arah syaitan yang hodoh itu
Subscribe to:
Posts (Atom)