Rasa macam tak ada de tenaga, rasa letih dan lesu,
sedih. Tak bersemangat aje rasanya. Sedih,
pilu semua ada. Sangat tahu kenapa, tapi tak payahlah cerita, panjang, lenguh
nak menaip, dari bercerita kenangan silam baik focus pada rangcangan masa depan
yang cerah. Jadi saya kongsi aje rasa itu. Rasa saya ketika ini. Rasa mau mati….ooo
tidak, gila apa? Letih aje, rasa nak baring dan nangis-nagis aje. Hey, buat apa
mau mati, tidak lama lagi segala kepedihan, kedukaan dan keperitan yang saya
tanggung selama ini akan berakhir.
Saya anggap segala apa yang berlaku adalah kifarah atas
dosa-dosa yang lalu. Yalah bila kita rasa pedih dan terinaya, tertindas, tertipu, terpedaya, ditikam dari belakang, kita jarang mau memperhalusi masa silam dan kekilafan yang lalu. Mungkin
kita ada menyakiti orang tanpa kita sedari sebab niat kita nak menegur/ bercakap itu hanyalah mau mencadang penambah baikkan untuk
kebaikan bersama juga.
Dan, sudah semistinyalah kita manusia yang dinamik sifatnya senentiasa
memerlukan peningkatan ilmu kemahiran hidup. Belajar, pertingkatkan ilmu
pengetahuan, ilmu komunikasi berkesan, seni bercakap-cakap, bukan cakap main
lepas ikut suka rasa gerak hati emosi aku. Spiritually, mendalami ilmu memperkayakan
telaga sabar di hati sanubari kita dan meyakini
keindahan sabar. Sabar menahan lidah dari berkata-kata sebelum berfikir.
Memang sabar itu kadang rasa menampakkan kita macam orang bodoh, lemah dan
dungu, IDIOT, tapi buah dari pohon sabar itu sangat manis, segar dan
mendamaikan.
Nah, segala rasa sedih dan piluku,
segeralah dikau berlalu,
Limpahilah aku dengan kefahaman dan empati
Yang mengunci lidahku
dari mengomel itu dan ini
Damailah segera teluk rasa hati
nan bergelora dihambat ombak resah tak bertepi
Bimbangkan TULAH keramat pada
bilah-bilah kata
“Kerna pulut santan binasa
Kerna mulut
badan binasa”
Hai nasib badan, ya Tuhanku.
No comments:
Post a Comment